47.Akankah Seperti Dulu Lagi?

112 18 251
                                    

:( Benar-benar minta maaf 😭lama bingit updatenya. Nggak nyangka akan sengaret ini. Maaf ya sekali lagi :(

~~

Akankah ini akhir dari kisah asmara kita? Tak adakah temu lagi nantinya?

~~

Happy reading
***

Waktu terasa begitu cepat tanpa disadari. Hari, minggu, hingga bulan yang terus silih berganti, membuat Sani menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong.

Semenjak pembicaraan yang lebih menjurus dalam sebuah permintaan dari seorang Bara di rumah sakit waktu itu, laki-laki tersebut seakan kembali memberikan jarak---persis seperti dulu.

Tidak tahu. Entah alasan apa kali ini yang membuatnya berlaku demikian. Uring-uringan hal yang terus dilakukan Sani akhir-akhir ini.

Terlalu bosan akan pergerakan yang sama sedari tadi, Sani menegakkan tubuh menjadi duduk bersila. Lantas, diraihnya benda pipih yang dibiarkan tergeletak di samping dirinya semenjak saat lalu.

“Alasan apalagi sebenarnya yang membuatmu menjauh, Ra. Nggak mungkin karena Agin lagi, 'kan?” gumam Sani lesu. Tangannya sibuk menggulir layar handphone yang menampilkan sebuah foto seseorang.

“Mungkin waktu itu aku belum tau tentang perasaanku, tapi aku sudah bisa merasakan, kalau kamu adalah orang yang telah digariskan untuk melengkapi separuh jiwaku.” Sani tersenyum ketika satu foto terpampang jelas di depannya.

Suara dari luar kamar pun tidak sama sekali mengusik dunia Sani. Pikirannya terus berkelana mengingat momen dalam foto tersebut. Ya, di sana nampak dua insan tengah tersenyum yang tak lain dan tak bukan adalah Sani serta Bara.

Meskipun masa itu masih dalam fase pembalasan dendam Bara yang aneh itu, tapi Sani yakini, senyuman tipis yang terbit dari bibirnya tidak karena keterpaksaan.

Menegukkan saliva, ketika foto selanjutnya mulai ia geser. Tampilan dirinya dan Bara yang tengah bertelanjang dada, membuatnya teringat kala itu, ketika masa-masa di air terjun.

Sani mengembuskan napas mendapat putaran memori akan kebersamaan dengan Bara selama ini. Itu sungguh membuatnya tak terasa menitikkan buliran bening dari mata indahnya, ketika tersadar tentang Bara yang entah ke mana sekarang ini.

“Jo, lo itu temannya, pasti lo tau di mana Bara sekarang ini, 'kan?” desak Sani ketika telepon pada Jojo langsung tersambung.

“Lo pacarnya, 'kan?” sahut Jojo membuat Sani menggeram kesal mendengarnya.

“Cepet kasih tau di mana Bara sekarang, Jo.” Sani mengabaikan pertanyaan Jojo sebelumnya yang ia yakini hanya ledekan untuk dirinya saja.

“Gue nggak tau, Sani sayangku ... cintaku,” sahut Jojo dari seberang sana.

Sani melotot mendengar perkataan Jojo tersebut. “Gue laporin Fai, nih!” ancam Sani sembari mengepalkan tangan, layaknya Jojo ada di depannya saat ini.

“Aduh, San, maklum ini bibir emang suka lemes ngomong gitu. Apalagi lo temennya Pai, ya, gue kira Pai, deh,” ujar Jojo dengan nada jenakanya.

“Alasan aja lo, Jo. Jangan-jangan lo suka ngomong gitu ke banyak cewek? Awas aja, gue aduin ke Fai!” Bahkan, niat awal menanyakan tentang Bara terjeda dulu, hanya untuk meladeni Jojo yang ... Sani malas untuk menjabarkan dari sosok teman satunya itu.

“Eh, jangan dong, San,” mohon Jojo

“Cepet kasih tau Bara di mana makanya,” pinta Sani sudah tidak tahan pada Jojo. Kerinduan di hatinya semakin mendera setelah saat lama tidak saling bertegur sapa. Kesempatan pun sedang tidak memberinya waktu, padahal dirinya dan Bara dalam satu ruang kelas. Parahnya lagi, dua minggu belakang ini dirinya tidak lagi melihat batang hidung Bara.

Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang