“Aku paling suka bau keringat kamu.”—Wulansani for Bintang Baratha.
“Aku suka kamu semuanya,”—balasnya.
“Sani!” teriak seseorang dari depan pagar membuat Sani berhenti melihatnya. Di sana ada temannya yang sudah siap untuk berangkat.
Sebelum melangkah, Sani kembali menatap seseorang di depannya. “Lo ngapain kesini?” tanyanya dengan perempuan di depannya.
“Udah sampai ternyata,” ujar seseorang di belakang Sani. “Lo gak panggilin gue?” tanyanya datar pada Sani.
“Yuk masuk,” ujar orang itu yang tak lain adalah Alfa mengabaikan Sani yang ingin sempat berkata.
“Kak Alfa perempuan itu siapanya Kakak?” tanya Sani penasaran.
“Lo gak perlu tau!”
Sani hanya menatap keduanya nanar. Perempuan yang sedang berjalan di samping Alfa, menoleh ke arahnya. Menampilkan senyum iblisnya membuat Sani was-was melihatnya.
“Cepet woy!” teriak Fai membuat Sani mengalihkan pandangannya.
“Iya-iya gak sabar banget!” teriak Sani lalu melangkah menjauhi rumahnya.
“Lo lama banget sih?” ujar Fai saat Sani sudah mendekat.
“Gak sampai satu tahun 'kan?” sahut Sani sambil membuka pintu mobil lalu memasukinya.
“Gak sampai satu tahun, tapi sampai Bara nemu cewek lain lagi gara-gara lo lama,” sahut Fai ngaco.
“Ih temen apaan doain gituan.”
“Gue gak sedang berdoa,” sahut Fai.
“Ngel—”
“Lo yah? Udah capek berantem sama Flari sekarang sama Sani? Kapan ini berangkat?” potong Sera yang duduk di belakang bersama Flari.
“Karena kalo sama lo itu bukan berantem,” sahut Flari.
“Apa?”
“Ngebully,” ujar Flari santai.
“Ko bisa perempuan itu datang lagi? Bukannya dulu dia gi-” Belum selesai Sani berpikir, teman di sampingnya sudah merusaknya.
“Bengong aja! Mikirin aku yah?” ujar Fai sambil menancap gas dengan kecepatan sedang.
“Buang-buang waktu aja mikirin lo,” sahut Sani.
“Mikirin apa Wulansani?” tanya Fai terdengar serius.
Mendengarnya, Sani menolehkan wajahnya ke samping. Tidak biasanya seorang Fai serius begini.
“Why?” tanya Fai lagi menolehkan wajahnya sekilas karena sedang mengemudi.
“Semoga dia tidak merusak hidupku kembali seperti apa yang dia lakukan dulu,” batin Sani.
“No problem,” sahut Sani sekenanya.
“Lo itu yah gak pernah kasih tau masalah apa lo sama kita. Padahal 'kan lo sering ngebantu kita kalo ada masalah. Sekali-kali gitu, Wulansani,” ujar Sera yang duduk di jok belakang.
“Gak semua masalah harus orang ketahui Sera. Udah gak usah maksa Sani, deh,” sahut Flari sambil memakan makaroni seblak kesukaannya. “Nih mau?” tawarnya sambil menyodorkan ke arah depan.
“Lo kalo nawarin gituan itu ke gue. Mana mau Sani makan gituan,” ujar Fai tanpa menoleh ke belakang karena sedang fokus melihat ke depan.
“Itu sih mau lo. Nyoba dikit San pasti nanti lo bakal ketagihan,” ujar Flari sambil memasukkan satu biji makaroni seblak ke mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Saja
Подростковая литератураSebuah benci yang kemudian menyatukan dua hati Segenggam rasa yang kian menambah tiap hembusan nafasnya Hingga ... Sesuatu membuat keduanya untuk sejenak merelakan perasaan antara sesama Akankah semesta memihak kembali untuk keduanya? Ikutilah kisah...