24.Benang Merah

205 64 438
                                    


***

“Kalian pulang dulu aja,” ujar Sani pada semuanya.

“Gak pa-pa, nih?” sahut Fai.

“Lagian udah malem, 'kan? Nanti kalian dicari sama orang tua kalian,” ujar Sani.

“Terus lo sama siapa?” tanya Flari.

“Gue di sini,” sahut Bara cepat.

Fai melihat Bara sinis lalu melihat kembali ke Sani. “Titip salam aja yah sama Bang Alfa kalo udah sadar nanti. Semoga cepet sembuh,” ujarnya yang diangguki oleh Sani.

“Bro gue tinggal dulu. Jangan macam-macam lo. Awas aja kalo sampe berani. Berhadapan sama gue langsung,” ujar Jojo. Tangannya memukul pelan dadanya.

“Emang lo siape?” sambung Lio malas.

“Lo mau tau?” Alisnya naik turun membuat Fai yang di depannya muak melihatnya.

“Pengen muntah gue,” gumam Fai.

“Lo sakit Pai? Oh yaampun bilang dong. Lo kedinginan? Kesepian? Kelaparan?” ujar Jojo. “Atau ... butuh kehangatan gue?” ujarnya lagi.

“Bego lo.” Kakinya menginjaknya keras. “Yuk Ra, Fla pulang. Kita pulang dulu, San. Jaga diri baik-baik awas ada buaya,” ujar Fai sambil melirik Bara sekilas lalu menarik tangan temannya untuk segera pergi.

Bara yang dilirik oleh Fai hanya menatapnya datar. Teman Sani yang ini memang tidak pernah menyukainya. Padahal saat ia baru masuk, Fai dengan terang-terangan minta berkenalan dengannya lalu sekarang? Entahlah dirinya juga tidak tahu.

“Cabut dulu bro,” ujar Jojo lalu menyalami Bara dan Sani bergantian ala mereka diikuti oleh lainnya. Namun, berbeda dengan Gara. Ia hanya menyalami Bara sedangkan dengan Sani tidak.

Sani sudah tidak heran dengan sikap Gara. Memang teman sekelas yang satunya itu tidak terlalu peduli dengan seorang perempuan. Walaupun hanya untuk bersalaman saja.

“Hem.” Bara hanya bergumam menanggapinya.

Why?” tanya Lio saat di tengah perjalanan. Mereka berjalan di belakang Fai dan temannya

“Sok inggris lo,” ujar Jojo sambil menoyor kepalanya.

“Yeh ini namanya peningkatan. Sedikit-sedikit lah biar ngarti,” sahut Lio.

“Tapi gak ngerti-ngerti juga 'kan?” tanya Jojo meremehkan.

“Ngerendahin gue banget lo.”

“Emang lo lebih rendah 'kan dari gue? Lebih jelek. Lebih bodoh. Lebih buluk. Lebih lebih pokoknya deh,” tutur Jojo.

Lio mendelik mendengarnya lalu menjitak dahinya keras.

“Ekhem.”

Lio menengok ke arah samping kanannya lalu tersenyum tanpa dosanya.

“Ehehe maaf Bang dirimu tercampakkan,” ujar Lio sambil merangkul pundaknya.

“Pecat aja Bang pembantu lo ini. Udah ketauan selingkuh di depan mata. Mending dibuang aja udah gak guna!”

*

Ceklek

Bara dan Sani yang tengah duduk langsung berdiri saat mendengar pintu terbuka.

“Gimana keadaannya, Dok?” tanya Sani tidak sabar.

“Benturan di kepalanya cukup keras, tapi untungnya tidak ada saraf yang rusak. Mungkin hanya merasakan sakit jika disuruh untuk berpikir keras,” terangnya.

Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang