25.Apa Lagi?

186 59 500
                                    

Happy reading
.
.
.

***

“Bintang lama banget, sih,” gumam Sani yang sedang duduk di sofa samping. “Udah laper banget lagi ini.” Tangannya mengelus perutnya yang keroncongan. Dirinya terakhir makan makanan adalah tadi sore. Itu pun hanya sebuah roti bakar.

“Lo pulang! Ngapain masih di sini?” ujar Alfa tanpa melihat ke arahnya.

“Yakali aku tinggal Kakak sendiri?”

“Lo bukan siapa-siapa gue!”

“Aku adiknya Kakak 'kan kalo gak lupa?” ujar Sani sambil terus mengelus perutnya.

“Cih! Lo itu sama aja kayak Ibu lo,” ujar Alfa membuat Sani berdiri dan mendekatinya.

“Lo itu parasit buat keluarga gue,” ujar Alfa lagi membuat Sani memandangnya emosi, tapi ia mencoba menahannya.

“Kak Alfa itu lagi sakit. Udah gak usah mikir aneh-aneh, deh.”

“Gak usah caper!”

**

“Lis ini beneran lo, 'kan?” tanya Bara memastikan pada perempuan yang di sampingnya.

Setelah Bara melihat benar wajah perempuan yang tadi ditabraknya, ia membawanya untuk duduk di depan rumah sakit. Lebih tepatnya di bawah pohon yang terdapat kursi panjang yang melingkar.

You see?”

“Kenapa lo gak pernah bilang? Maaf gak pernah jenguk,” ujar Bara mencoba menggenggam tangannya. Namun, sang pemiliknya seperti tidak rela tangannya digenggam olehnya.

“Ra, sebenarnya gue gak terjadi apa-apa,” ujar perempuan tadi yang dipanggil dengan sebutan Lis oleh Bara.

Dahi Bara mengkerut mendengarnya. “Maksudnya?” Dirinya menanti jawaban darinya. Bahkan, sekarang ia melupakan seorang Wulansani yang sedang menunggunya karena kelaparan. Mungkin saja sekarang nasi gorengnya sudah dingin. Entahlah Bara terlupa akan itu.

“Bang Alfin yang maksa gue hiks,” ujarnya dengan cairan bening yang tiba-tiba keluar dari pelupuk matanya.

“Jelasin lebih rinci lagi gue belum paham,” ujar Bara. Otaknya belum bisa mencerna apa yang baru saja dikatakan olehnya.

Bruk

Bara yang dalam keadaan tidak siap sempat limbung saat perempuan di depannya tiba-tiba menubruknya. Sebenarnya apa yang terjadi?

“Bang Alfin maksa gue buat pura-pura gila, Ra. Dia yang nyuruh gue biar lo jauhin gue,” terangnya sambil memeluk erat tubuh Bara.

“Bukannya—”

“Bang Alfin terobsesi sama gue makanya dia mau misahin gue sama lo,” ujarnya lagi lalu mengurai pelukannya dan memandang manik mata hitam Bara dalam.

“Tapi—”

“Cewek yang namanya Wulan itu ikut serta juga. Mereka ngancem gue kalau gak ngelakuin itu gue bakal dibunuh. Hiks hiks,” ujar nya dengan sesenggukan.

Sekarang Bara menjadi bingung. Sebenarnya siapa yang salah dan siapa yang benar? Dulu sebelum meninggal, Alfin pernah menulis surat yang didalamnya tertulis bahwa dirinya membenci dengan seseorang yang bernama Wulansani itu. Dirinya juga mengatakan kalau kecelakaannya disebabkan olehnya juga.

Lalu, sekarang perempuan di depannya berkata bahwa Alfin dan Wulansani yang sudah melukai Relisa. Ya, perempuan di depannya ini tak lain bernama Relisa Gemfaka. Perempuan yang sempat disukainya dulu.

Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang