Hujan membasahi kota Seoul seolah mendukung perasaan yang dirasakan oleh Jessica. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, hingga beberapa bulan sudah terlewati. Pernikahannya hanya tinggal beberapa hari lagi, dia tidak bisa menjabarkan apa yang dia rasakan. Ada rasa sedih, kesal, kecewa, namun dia juga penasaran akan bagaimana kehidupan selanjutnya.
Jessica menyesap kopinya pelan sambil terus memandangi hujan yang turun di luar jendela kafe favoritnya. Rupanya kegelisahan sang sahabat mampu ditangkap oleh Hyomin, manager kafe itu meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk menghampiri Jessica.
"Ada masalah kah? Mengapa kau merenung di sini?"
"....."
Hyomin mengambil tempat di samping Jessica, dia bahkan menyentuh lengan sahabatnya sekedar mengingatkan bahwa dia ada untuk Jessica.
"Kau tahu kan aku tidak akan tinggal diam melihatmu bersedih seperti ini Sica-ya."
Jessica menghela nafas panjang, kemudian mulai bercerita. Dia perlu seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya, beruntung Hyomin dengan peka menangkap kehadiran Jessica.
"Tadi pagi Daddy menelepon mengatakan aku harus terbang ke New Zealand karena pernikahanku tinggal seminggu lagi.""OMG! Bukankah masih beberapa bulan lagi? Waktu terasa cepat berlalu ya, lalu bagaimana hubunganmu dengan atlet itu?"
"Aku sudah memutuskannya tapi dia tidak menerimanya. Dia mengatakan tidak apa-apa walau aku sudah menjadi istri orang, dia masih akan menerimaku. Kami masih berhubungan dengan baik dan dia masih rutin menghubungiku."
"Kau gila! Sudah kubilang itu hanyalah obsesi semata, lalu apa yang akan kau lakukan dengannya?"
"Dia hanya terlalu mencintaiku Hyominnie, aku-"
Mendengar itu Hyomin hanya memutar bola matanya malas dan memotong perkataan Jessica yang tentu akan membela pria kulit tan itu."Bagaimana dengan perasaanmu? Apa kau masih mencintainya? Bagaimanapun juga hubungan kalian tidak memiliki masa depan Sica-ya. Orang tuamu sangat menentang hubungan kalian.."
"Entahlah.. Sejak hari aku memutuskan hubungan kami aku menyadari perasaanku telah berubah. Walau dia berjanji akan memperjuangkan tapi aku tetap pesimis. Aku tidak lagi antusias ketika mendapat pesan darinya atau ketika dia menghubungiku."
Hyomin tersenyum lega tiba-tiba dia menepuk keningnya.
"Baguslah sejak awal memang aku tidak menyetujui kau dengannya. Omo! Aku baru ingat bosku juga akan menikah tapi pernikahannya diselenggarakan di luar negeri sama sepertimu. Ah sayang sekali aku tidak bisa datang ke hari pernikahannya."
Lalu Hyomin memicingkan matanya ke arah Jessica.
Jessica yang melihat itu pun sontak bertanya.
"Wae? Mengapa kau melihatku seperti itu? Kau selalu membicarakan bosmu itu ketika sedang bersama aku jadi penasaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Times
FanfictionJessica hanya memperhatikan pria tersebut dia tidak berniat membantu. Heol.. Princess sepertinya mana mungkin bisa mengerjakan pekerjaan seperti itu yang ia tahu hanyalah berbelanja dan bersenang-senang - Jessica "Kau tahu bukan itu tujuanku datang...