Yuri POVFlashback
Hari ini aku mencoba peruntungan terbesar dalam hidupku. Aku ingin kembali meyakinkan kekasihku untuk kembali bersama. Kesalahan terbesarku saat itu adalah mengizinkannya menikah dengan orang lain. Sangat gila bukan? Kini aku sungguh menyesal.
Tentu dengan ikatan pernikahan itu membuat hubungan kami tidak sama lagi, tapi tetap saja aku masih yakin kami bisa bersama terlebih karena kami saling mencintai.Di sinilah aku, berada sebuah kafe favorit kekasihku, kami sering menghabiskan waktu bersama di sini. Oh ya, manager di kafe itu salah satu teman baik Jessica yang tidak menyukaiku. Entah apa alasannya tapi bukankah dia juga bisa disebut sebagai temanku? Mengingat kami pernah bersekolah di tempat yang sama, namun Jessica tidak pernah tahu tentang ini. Biarlah lagipula tidak penting.
Aku terus melirik melihat jam yang berada di tanganku karena aku tidak memiliki cukup banyak waktu. Aku harus memberikan obat ini pada Eomma karena dia sangat membutuhkannya. Tapi Jessica juga penting, setelah beberapa waktu dia mengabaikan pesan dan telepon dariku akhirnya aku bisa mengajaknya berbicara berdua.
Lamunanku buyar ketika kursi di depanku ditarik oleh seseorang. Saat aku mendongakkan kepala ternyata orang yang kutunggu sejak tadi datang. Aku langsung memberikan senyum paling manis yang hanya kuberikan pada dirinya. Senyum kecil terulas di bibirnya membuat hatiku sangat senang."Kau menunggu dari tadi?"
Suara merdu menyapa gendang telingaku. Laksana oase di gurun pasir. Ah, aku merindukan wanita ini. Wanita-ku."Aniya. Aku baru saja tiba" ucapku berbohong.
Sebenarnya aku sudah menunggu selama 40 menit di sini tapi biarlah dia tidak perlu tahu tentang perjuanganku."Terima kasih sudah meluangkan waktu untukku. Aku tahu kau sangat sibuk."
Ku berikan senyum terbaikku."Gwenchana.. Yuri ada yang ingin ku katakan juga padamu."
"Nanti saja. Kita makan dulu, kau ingin pesan apa?"
Aku tahu apa yang ingin Jessica katakan, firasat ku tidak baik mengenai hal ini."Yuri.."
"Jebal Sica-ya jangan katakan apapun" ucapku memohon semoga apa yang aku pikirkan salah.
"Kita tidak bisa seperti ini. Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya aku tidak bisa lagi berhubungan denganmu."
"Kau mengkhianati ku Sica.."
Akhirnya dia mengatakan apa yang aku takutkan. Jessica aku sungguh kecewa padamu tapi aku mencintaimu."Aniya. Aku merasa mengkhianati suamiku. For God sake ini tidak benar aku sudah menikah Yul! bahkan sebelum pernikahan itu terjadi aku sudah memutuskan hubungan ku denganmu."
Ku tatap mata cokelatnya, tatapan tegas tertuju padaku. Tak ada keraguan dalam wajahnya. Oh sayang, kau tidak bisa melakukan ini padaku.
Aku tidak akan melepas mu, bahkan jika perlu aku akan bersujud di depanmu.Kemudian aku langsung berlutut dihadapan Jessica memegang erat tangannya memohon.
"Jangan katakan itu Sica-ya.. bukankah kita saling mencintai eoh?""....." Jessica tidak mengatakan apapun. Kebisuan Jessica membuat aku kehilangan harapan.
"Tidak? Kau tidak mencintaiku lagi Sica?"
Suaraku semakin tercekat. Kerongkonganku terasa kering."Mian Yul.. kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dariku. Aku bukan untukmu. Terima kasih untuk semuanya selama dua tahun ini dan aku harap kau tidak perlu menghubungi ku lagi."
Setelah mengatakan itu Jessica pergi begitu saja meninggalkan aku yang masih bersimpuh.
Sungguh rasanya sakit kekasih yang sangat aku cintai begitu saja pergi meninggalkan diriku. Ini rasanya lebih sakit daripada saat Appa meninggalkan aku dan Eomma dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Times
FanfictionJessica hanya memperhatikan pria tersebut dia tidak berniat membantu. Heol.. Princess sepertinya mana mungkin bisa mengerjakan pekerjaan seperti itu yang ia tahu hanyalah berbelanja dan bersenang-senang - Jessica "Kau tahu bukan itu tujuanku datang...