23. Titik Terang

333 45 55
                                    

Jinu melompat dari sofa kemudian menarik rambut 'tamu kurang ajar' itu dengan keras.

"YAKK, hyung!!! Sakit." Pria tersebut mengaduh.

"Siapa yang menyuruhmu langsung masuk?!" protes Jinu. Pria muda yang tak lain adalah sang adik itu meringis. "Aku sudah menekan bel, mengetuk pintu, tapi hyung tak menjawab. Ya sudah aku masuk saja," jawabnya.

"Yaa .. Itu artinya aku sedang sibuk," omel Jinu.

"Sudah-sudah ... Kurasa aku harus pulang sekarang," potong Jennie yang berusaha melerai perkelahian kakak adik itu.

Jinu menoleh. "Kuantar," jawabnya.

"Tidak usah, aku sudah mengirim pesan pada Jisoo. Dia sudah ada di perjalanan," tolak Jennie.

♡♡♡

Jisoo melongo mendengarkan cerita Jennie barusan. Mereka saat ini sedang dalam perjalanan pulang. Jennie duduk di bangku belakang, sedangkan Jisoo berada di samping Mino yang mengemudi.

"Ya ampun, aku tak tahu kalau adik Jinu oppa begitu menyebalkan."

"Ah, tidak juga. Dia baik, hanya saja dia agak sembrono. Kau tahu 'kan maksudku?" jelas Jennie diikuti dengan anggukan oleh Jisoo.

"Untung saja adikku Danah tidak pernah masuk sembarangan. Bisa gawat juga 'kan," sela Mino. Jisoo melotot ke arah sang kekasih.

"Kami tidak ngobrol denganmu, oppa," protes Jisoo.

"Kalian mengobrol di depanku. Tidak salah 'kan kalau aku ikut menyela? Memangnya aku ini apa? Obat nyamuk, huh?" gerutu Mino. Jennie tertawa dibuat oleh sepasang kekasih di depannya.

"Kalian berdua lucu. Aku tak sabar menantikan pengumuman hubungan kalian," goda Jennie.

Mino dan Jisoo tertegun. "Eung ... Kami tak berencana seperti itu dalam waktu dekat ini," jawab Jisoo.

"Kenapa?"

"Ya ... Kau tahu 'kan, kami sama-sama hidup di dunia entertain. Mengumumkan hubungan di saat yang tidak tepat akan menghancurkan karir kami. Dan lagi, aku baru saja menyelesaikan syuting dramaku yang sebentar lagi juga akan tayang di televisi."

"Jisoo benar," sahut Mino menyetujui pendapat sang kekasih.

Jennie menaikkan salah satu alisnya. "Kenapa kalian begitu takut soal itu? Jika penggemar kalian benar-benar tulus, pasti mereka akan menerima kenyataan itu. Ingat, kehidupan pribadi kalian adalah hak kalian. Berhentilah takut ditinggalkan penggemar, seharusnya kalian lebih takut jika kehilangan orang yang dicintai."

Mino dan Jisoo melirik satu sama lain. "Jennie benar. Aku tak perlu takut soal itu. Jika aku kehilangan penggemarku, maka aku akan berhenti menjadi rapper. Aku bisa memproduksi musik di balik layar, kurasa itu adalah ide yang bagus," jawab Mino yang saat ini juga terfokus pada jalanan di depannya.

Jisoo menunduk untuk merenung sesaat. "Benar," ucapnya kemudian.

"Lagipula, bukankah Mino oppa baru saja membuka bisnis cafe? Itu akan menjadi option bagus juga, jika sewaktu-waktu kalian tidak membutuhkan dunia keartisan lagi," ucap Jennie.

Sepasang kekasih di depannya nampak mengaminkan.

♡♡♡

"Soal Bomi noona." Jaewon memulai percakapan. Jinu menghela napas pelan, ia nampak tak tertarik dengan topik itu.

"Mengapa kau membicarakannya? Aku bahkan sudah memiliki Jennie, dan telah membuang jauh-jauh perasaanku pada orang itu."

Jika sedang serius begini, Jinu nampak menakutkan. Bahkan Jaewon nampak takut kini. Ya. Meskipun begitu, Jinu tetaplah kakaknya. Wajar jika seorang adik takut pada kakak.

Lovely Stranger [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang