2. Tinggal Serumah?

631 80 63
                                    

Happy Reading♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading♡

♡♡♡

Jennie terdiam menatap kamar sempit berukuran tak lebih dari 2 x 2 meter. Ruangan itu memiliki sebuah futon dan dipan kecil. Sempit, satu kesan yang terbesit di pikiran Jennie. Belum lagi hawa pengap berkat jarang dipakainya kamar kecil itu.

"Kau menyebutnya kamar tamu?"
Jennie memiringkan kepalanya, lalu menatap ke arah pria yang berdiri di sampingnya.

"Kau benar benar tidur disini saat aku menginap kemarin?"
Tanya Jennie lagi.

"Tidak, aku tertidur di sofa karna terlalu lelah.. Lagi pula siapa yang mau tinggal di tempat sesempit ini?"
Jawab Jinu.

"Lalu mengapa kau menyuruhku tinggal disini?"
Terlihat jelas betapa kurang berkenannya Jennie untuk menempati ruangan yang disebut sebagai -kamar tamu- itu.

"Ohhh.. Jadi kau lebih memilih tidur di pinggir jalan? Atau di bangku stasiun bawah tanah? Silahkan saja, pintu itu terbuka lebar untukmu.."
Jinu menunjuk ke arah pintu keluar. Untuk kesekian kalinya, sebenarnya Jennie bosan harus melakukan tawar menawar seperti sebelumnya. Tapi, demi apapun ia tak ingin tinggal di tempat sesempit itu. Ayolah, Jennie tak punya ruang gerak disana.

"Ku mohon, ijinkan aku pakai kamar yang lain"
Gadis itu bahkan berlutut di hadapan Jinu. Gila.

"Tak ada kamar lain.. Hanya ada ini dan milikku.."

"Apa? Di rumah sebesar ini? Kau tak berpikir bagaimana jika ada orang lain yang tinggal disini selain kau?"
Protes Jennie. Jinu memutar bola matanya sebal. Gadis di depannya ini terlalu banyak maunya.

"Aku harusnya tinggal sendirian.. Dan tak pernah berpikir akan ada aktris yang kena skandal dan di pecat lalu memohon pekerjaan dan tempat tinggal padaku.."

Jennie mengerucutkan bibirnya. Jinu nampaknya belum sepenuhnya tulus menolong Jennie saat ini. Semua ini adalah keterpaksaan.

"Bukan begitu.. Apa kau tak memikirkan jika ada keluarga mu yang akan menginap disini?"

"Mereka punya keluarga baru dan rumah sendiri.. Hey, jangan menanyakan soal orang tuaku.. Mereka tak pernah menginap disini, kau puas?"
Ujar Jinu.

"Yaa.. Bagaimana jika kau meni-"
Jennie memotong perkataannya.

"Apa?"
Tanya Jinu. Bukankah terlalu tak pantas jika kau menyebut kata -menikah- pada pria yang baru kau temui? Itu terlalu sensitif

"Ah tidak lupakan saja.."

Jinu menyodorkan kunci ruangan itu pada Jennie. Kemudian ia berlalu dari hadapan Jennie.

"Dasar bujang lapuk.."
Cibir Jennie, sedetik kemudian ia malah tertawa.

Jinu menoleh ke arah Jennie ketika mendengar tawa kecil gadis itu.

"Apa yang kau tertawakan?"
Sepertinya pria itu sedang sensi.

Lovely Stranger [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang