4. Cengeng

513 73 44
                                        

Jisoo memeriksa ponselnya, gadis itu memiringkan kepala. Apa Mino sedang bosan hari ini? Mengapa ia menelpon Jisoo berulang ulang?. Detik berikutnya ketika Jisoo memeriksa pesan masuknya, ia dikejutkan dengan potret Jennie yang sedang berjalan dengan seorang pria.

Apa dia Jennie Kim?

Bunyi pesan singkat yang baru saja dikirimkan Mino. Jisoo segera membalas pesan itu karna ia begitu penasaran tentang keberadaan Jennie saat ini.

Drrt drrt drrrrt..

"Hallo-"

Belum sempat ia kirim balasan itu, Mino sudah menelponnya.

"Aku rasa dia Jennie.. Tapi aku penasaran dengan pria yang bersama nya.."
Cerocos Mino. Jisoo memiringkan kepalanya.

"Apa dia Bobby?"
Tanya Jisoo, beberapa waktu yang lalu Jennie terus terusan menceritakan tentang Bobby. Bukankah mungkin saja Bobby yang menampung Jennie saat ini.

"Bukan, aku tahu wajahnya tapi tak sempat memfotonya tadi.. Aishhh.."
Mino yang berada di ujung panggilan, menggaruk garuk kepala.

"Bagaimana ciri cirinya?"
Tanya Jisoo penasaran.

"Dia tinggi, berkulit putih dan tampan.."

"Itu tidak spesifik-"

"Tapi sungguh, aku ingat wajahnya.. Jadi, jika aku bertemu nya di jalan, aku akan langsung bertanya padanya.."
Ujar Mino. Jisoo terdiam, ia mulai khawatir.

"Kau yakin dia bukan bandar yang menjual belikan manusia?"

♡♡♡

Jennie masih mendorong troli yang penuh dengan belanjaan itu, ia dan Jinu masih berkeliling di kawasan parkir. Sialnya, Jennie tak tahu jika penyakit lupa Jinu sudah benar benar akut. Ya, dia lupa menaruh mobilnya di sebelah mana. Begitu pun Jennie yang turun di depan swalayan dan menunggu Jinu di lobby, tentu ia tak tahu dimana pria itu memarkirkan mobilnya.

"Huhh.."
Jennie mendengus kesal, pria di sampingnya segera melirik dengan sorot mata yang horor.

"Ke-kenapa?"
Gadis bersurai panjang itu terbata.

"Pasti kau memaki ku di dalam hati kan? Ayo.. Mengaku saja!"

"Aku tidak memaki mu.."

Bukan main, pria ini benar benar sensi.

"Huh.. Lalu kenapa kau mendengus barusan? Kau mau menyalahkan ku, karena aku lupa memarkir mobil ku dimana.. Benar, kan?"
Tak ada bedanya dengan pertemuan awal mereka yang penuh dengan pertengkaran kecil.

"Aku tidak menyalahkan mu, aku mendengus karna aku lelah, kaki ku sakit.. Lihat, bahkan mereka sudah gemetaran!"
Jennie menunjuk ke arah kakinya.

"Mana? Tidak bergetar, jangan bohong ya--"

"Aishhh.. Kau cerewet sekali! Apa kaki mu tidak lelah? Kita sudah setengah jam berjalan mengitari tempat ini.."

Jinu mengacak rambutnya dengan kesal. Keduanya kemudian terdiam untuk sesaat, masih dengan mengedarkan pandangan mereka untuk mencari mobil Jinu.

"Kenapa kau sangat menyebalkan? kenapa kau selalu memarahi ku? kenapa kau lupa memarkir mobil mu dimana? kenapa kau menyuruh ku mendorong troli ini? kenapa kau mengajak ku berbelanja? kenapa kau tak pesan jasa antar seperti biasanya saja? Kenapa kau---"

"Ssttt.. Kenapa kau sangat berisik?"
Potong Jinu.

"Kenapa kau---"
Jennie menggantung kalimat nya, pandangan nya segera tertuju pada dua orang yang sedang berjalan di sekitar area parkir.

Lovely Stranger [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang