24. Media Play?

386 52 66
                                    

Gadis cantik itu tersenyum, ia menggenggam tangan Jinu dengan erat. Belum ada 10 menit Jinu mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, tapi gadis itu tak kunjung menjawab.

"Jinu oppa—" Ia memutus kalimatnya. Menyebut nama Jinu saja sudah membuatnya cukup bimbang.

"Bagaimana?" Pria itu sabar menunggu. Sudah sekitar 2 tahun mereka dekat. Masa itu adalah ketika mereka masih duduk di bangku SMA. Gadis itu adalah adik kelas Jinu. Pribadinya yang baik membuat Jinu begitu terkesan. Mereka berangkat dan pulang bersama, hingga Jinu lulus dari SMA dan berkuliah. Sejak saat itu perjumpaan mereka semakin jarang. Sehingga membuat Jinu ingin memastikan hubungannya dengan sang gadis. Agar gadis itu tak berkencan dengan pria lain.

"Aku," lagi-lagi gadis itu nampak ragu, "sebenarnya—" ia masih berucap tak jelas. Hingga seorang pria berseragam SMA menghampiri mereka. "Bomi," panggilnya pada gadis di depan Jinu. Gadis yang dipanggil beranjak, ia lepaskan genggaman tangannya dari Jinu.

"Maaf, aku harus pergi," pamitnya yang kemudian berlalu dari hadapan Jinu. Dua orang itu berjalan beriringan, keduanya adalah sepasang kekasih. Sedangkan Jinu, ia hanya mematung di tempatnya sembari meratapi siluet gadis cantik itu menghilang dari jarak pandangnya. Untuk beberapa jam, ia hanya dapat terdiam di taman itu. Perasaannya hancur, bahkan untuk menangis pun rasanya sulit.

"Yoon Bomi ... Kukira hubungan kita istimewa," lenguh Jinu.

Ia benar-benar tak habis pikir. Mereka dekat dalam waktu yang lama, tapi mengapa harus berakhir seperti ini?

Keesokan paginya, sebuah paket berukuran besar tiba di rumah Jinu. Di dalamnya berisi barang-barang yang telah ia berikan pada Bomi. Gadis itu mengembalikan semuanya tanpa terkecuali. Di dalamnya ada sebuah surat.

Jinu oppa, maafkan aku yang tak jujur padamu. Aku mengembalikan barang-barang ini karna merasa tak pantas memilikinya.
Terima kasih atas perhatianmu selama ini. Selain itu, aku ingin berpamitan denganmu. Aku akan menyelesaikan study-ku di Jepang. Jadi kurasa, kita tak akan bisa bertemu lagi setelah ini.

Jinu menghembuskan napas pelan. Ia tatap dengan penuh kesal benda-benda di depannya, sebelum akhirnya ia menghanyutkan benda-benda kenangan itu di Sungai Han.

"Kau melamun lagi?" seru Jumyeon yang saat itu memang sedang berada di rumah Jinu. Ia membawa sebuah cup ramen instan sembari memakannya. Keduanya sedang berada di balkon rumah Jinu malam itu. Langit malam cerah dan bertebaran bintang itu ikut menemani obrolan mereka.

"Kau sudah kembali lagi dengan Jennie Kim 'kan?" tanya Jumyeon.

Jinu hanya melirik sang kakak sekilas. "Tahu dari mana?"

"Jaewon," jawabnya dengan mulut penuh. Jinu masih merasa heran juga. Tak ia sangka bahwa sang kakak yang mulutnya dipenuhi dengan mie ramen itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.

"Anak itu selalu bocor," desis Jinu.

"Bukan bocor, dia penyampai informasi terbaik." Jumyeon masih asyik dengan mie-nya.

"Apa dia juga menceritakan soal Bomi?"

Jumyeon tersentak. Ia telan cepat-cepat mie yang belum hancur dikunyah.

"Bomi?" ——Jumyeon melotot, "yakk!!! Jangan bermain api, ya!"

"Aishh ... Aku tidak gila." Jinu kembali mengalihkan pandangannya ke arah langit. Bintang-bintang terlihat begitu indah malam ini, membuatnya mendadak teringat pada senyuman Jennie. Pria itu nampaknya sudah tergila-gila pada sang kekasih.

"Apa yang Bomi lakukan? Jaewon belum menceritakannya padaku." Jumyeon menatap sang adik dengan penuh selidik.

"Aku tak ingin membahasnya." Lain halnya dengan sang kakak yang menggebu-gebu, Jinu nampak tenang. Ia hanya tak mau dipusingkan dengan masalah baru.

Lovely Stranger [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang