Vote sebelum baca⭐
Bulu mata lentik Maudy perlahan bergerak. Menandakan gadis cantik itu mulai sadar dari pengaruh obat bius.
King tersenyum manis seraya membelai pipi Maudy. Tak sabar melihat gadisnya terbangun dan menatap bola mata yang selalu membuatnya terpesona.
Sentuhan ringan King membuat Maudy mengernyitkan kening heran. Lantas segera membuka matanya sehingga langsung menangkap keberadaan pria itu.
Maudy mengerjap kaget dan mengerutkan kening heran. "Kenapa dia ada di tempat tidurku? Mungkinkah ini di dunia mimpi?"
Seringkali Maudy mengalami mimpi dalam mimpi. Sangat disadarinya karena selalu tahu bahwa dirinya sedang berada di alam mimpi. Aneh memang tapi begitulah kenyataannya.
Maudy melotot kaget kala bibirnya dikecup. Sentuhan itu terasa sangat nyata dan dapat dipastikan ini bukan mimpi!
Ingatan sebelumnya mendadak berputar ulang di otaknya. "Gila!" Umpatnya refleks sembari mendorong dada King.
King terbahak melihat wajah kesal sekaligus marah Maudy. Terlihat sangat menggemaskan di matanya.
"Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Maudy dengan mata memicing tajam.
King tersenyum polos. "Karena aku ingin kau selalu berada di sisiku."
Maudy ternganga mendengar jawaban tanpa dosa pria di sampingnya. "Tapi aku tidak ingin berada di sisimu. Jangan pernah lakukan ini lagi padaku!"
Berusaha bangkit dan menjauh namun King mendadak menindih tubuhnya sehingga membuat Maudy hampir terkena serangan jantung mendadak. "Aku tidak peduli pada pendapatmu karena mulai sekarang kita akan tinggal bersama. Kalau kau tidak menurut dan selalu berusaha kabur, maka aku akan menyeretmu setiap hari ke sini."
Maudy menelan saliva kasar melihat ekspresi serius King.
Demi apa dia bisa bertemu orang gila seperti King?!
Kalau tahu begini, lebih baik dia tidak usah ikut-ikutan program pertukaran mahasiswa, namun semua sudah terlanjur.
Semoga saja dia bisa pulang dengan selamat ke Indonesia tanpa kekurangan satu hal pun.
"Sekarang, mandilah. Aku akan mengantarmu ke kampus tapi jangan pernah mencoba kabur dariku atau aku akan menghukummu."
'Buset. Ngeri banget sih!' kaget Maudy dalam hati.
"Aish! Terserah kau saja!" Putus Maudy pada akhirnya.
Untuk sekarang ia mencari aman saja. Nanti kalau sudah ada kesempatan, dia akan kabur dengan meminta tolong pada Krystal karena setahunya suami Krystal lebih berkuasa daripada King. Otomatis dia akan lebih aman di bawah perlindungan Krystal.
"Good girl!"
Maudy buru-buru bangkit dari kasur sebelum King sempat mencium pipinya.
"Maudy!" Tegur King kesal.
Maudy memutar bola mata malas. "Aku harus segera ke kampus. Cepat antarkan aku pulang."
"Untuk apa pulang? Mandi di sini saja."
"Lalu, bajuku? Bukuku?"
"Aku sudah membelinya khusus untukmu. Kau tinggal memakainya."
Maudy menarik nafas dalam-dalam. "Dasar gila! Kau bahkan sudah menyiapkan pakaian untukku. Jangan-jangan sejak awal kau sudah merencanakan ini padaku? Kau sudah mengikutiku dari jauh-jauh hari? Kau pula lah yang membuat teman kerja laki-lakiku babak belur dan mengundurkan diri dari tempat kerjaku?"
"Yah. Begitulah." Sahut King tanpa berusaha mengelak.
Maudy menggelengkan kepala tak habis pikir. Ingin marah tapi nyalinya ciut duluan. "Kenapa kau melakukan ini padaku?" Lirihnya menahan emosi.
"Karena aku tertarik padamu."
Maudy mendecih sinis. "Omong kosong! Kau tidak tertarik padaku! Bukankah kau tertarik pada Krystal?!"
King tertawa. Tawa yang sangat menekan Maudy. "Sayangku, apakah matamu buta selama ini? Kau pikir apa arti tindakanku yang selalu mendekatimu dan mengikutimu?"
Gadis cantik itu menghela nafas gusar mendengar jawaban pria dihadapannya. "Kita tidak cocok! Lebih baik segera akhiri ini sebelum terlanjur."
"Di bagian mananya kita tidak cocok, Maudy?"
"Umur!" Sahut Maudy ngegas. "Kau lebih muda dariku. Aku lebih cocok menjadi kakakmu daripada menjadi kekasihmu!"
"Umur bukanlah penghalang. Lagipula kita hanya berbeda satu tahun." King menjawab acuh.
"Tetap saja. Umur kita berbeda. Orang-orang pasti akan mentertawakanku karena menjalin hubungan dengan anak kecil." Masih berusaha berdebat dan mengalahkan argumen lawan bicara.
King menatap Maudy datar. "Aku bukan anak Kecil." Tekannya.
"Kau masih kecil."
"CK! Kau lah yang anak kecil. Tubuhmu kecil dan pendek seperti anak SD. Tinggimu bahkan tidak sampai setinggi dadaku. Jadi, yang harus dibilang anak kecil itu kau, bukan aku." Kekeh King mengejek sehingga membuat Maudy tertohok.
"Orangtuamu juga pasti tidak akan setuju karena aku bukan dari kalangan atas." Maudy masih belum menyerah.
"Dari dulu orangtuaku tidak mempermasalahkan status. Asalkan aku mencintai orangnya, orangtuaku tidak akan melarang dan bahkan akan membantuku mendapatkannya."
Maudy tak bisa berkata-kata lagi mendengar setiap bantahan yang keluar dari mulut King hingga berakhir berbalik dan berjalan lurus ke arah kamar mandi guna menenangkan emosinya yang terpancing akibat tingkah menyebalkan King.
"Aku pasti akan kabur secepatnya dari sini!" Ujarnya penuh tekad.
Sedangkan King, tersenyum manis melihat kekalahan pujaan hatinya. "Kau tidak akan pernah bisa menang melawanku, sayang." Kikiknya.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessive
RomanceTakdir membawa Maudy ke negara asing dan mempertemukannya dengan brondong yang terobsesi padanya. Selalu melakukan apapun untuk menahannya. Mulai dari hal sepele sampai ke hal anarkis. Lantas, bagaimanakah nasib Maudy selanjutnya? Apakah dia mampu m...