Part 20◾

33.4K 2.8K 94
                                        

Vote sebelum baca ⭐

‍Ringisan terus keluar dari mulut Maudy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‍Ringisan terus keluar dari mulut Maudy. Luka di wajahnya benar-benar membuatnya tersiksa. Apalagi selama hidup di dunia, Maudy belum pernah dilukai orang lain. Baru kali ini dia mendapatkan kekerasan dari orang lain. Sungguh pengalaman mengerikan!

Berada di luar negri membuat pengalaman baru bergantian menghampirinya. Mulai dari diculik, junior terobsesi padanya, diancam, dipaksa, hampir dilecehkan, dan dibully.

Lebih baik berada di Indonesia saja meskipun kehidupannya sangat flat dan monoton. Hanya seputar kampus, kos, dan rumah.

Semua orang disekelilingnya baik dan tidak berani mengasarinya. Palingan cuma ada orang bermuka dua dan bermulut julid. Tidak sampai main tangan.

"Cukup!" Maudy menepis tangan King pelan kala tak tahan lagi menahan rasa perih saat diobati.

"Lukamu belum selesai ku obati, sayang." Peringat King. Hendak melanjutkan kegiatannya lagi tapi Maudy malah menghindar.

"Duduk lagi!" Ancam King penuh peringatan.

Terpaksa membuat Maudy menurut karena takut dikasari lagi. Sudah cukup wajahnya menjadi korban, yang lainnya jangan!

Maudy memasang wajah paling memelasnya supaya King bersimpati. "Pelan-pelan." Desahnya pasrah.

Bukannya melanjutkan mengobati luka Maudy, pria itu malah menatap Maudy intens.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Heran Maudy.

King terkekeh pelan. "Cara berbicaramu mengingatkanku pada sesuatu."

"Sesuatu? Apa itu?"

"Lupakan saja."

Maudy memutar bola mata malas akibat jawaban menyebalkan King. Namun, tak bertanya lagi. Ia memilih memejamkan mata dan membiarkan King mengobati wajahnya.

King menahan senyum melihat wajah lucu Maudy saat menahan sakit. Tapi di lain sisi, dia juga tak tega melihat gadis pujaannya terluka.

Pria tampan itu telah bertekad akan membalas Xavera, yaitunya dengan cara melenyapkan Xavera dari dunia ini.

King memang lebih suka menghabisi orang yang menganggunya atau pun menganggu orang terdekatnya.

Hal tersebut sudah dilakukannya sejak dulu. Sering kali orang-orang yang bermasalah dengannya menghilang tanpa jejak.

Jangan pernah tertipu oleh sifat luar King karena pada nyatanya, sifat asli King sangatlah kejam dan tanpa belas kasihan.

"Ah, aku baru sadar. Rambutmu dipotong mereka?" Tanya King ketika sudah selesai mengobati semua luka Maudy.

Maudy mengangguk sedih.

Rambut yang sudah dirawatnya seperti anak sendiri sejak SMP, malah dipotong seenak jidat oleh orang asing.

"Jangan sedih. Tanpa rambut panjang pun, kau tetap cantik, sayang."

Bukan masalah cantik atau tidaknya, tapi masalah kesukaan.

Maudy lebih suka berambut panjang daripada berambut pendek.

Maudy menatap miris rambutnya yang hanya tersisa sebahu. Ingin menangis tapi air matanya terlalu berharga. Ingin marah tapi tak ada tempat pelampiasan.

"Aku akan membantu merapikan rambutmu. Jangan bergerak sembarangan." Peringat King yang sudah memegang gunting. Entah kapan pria itu mengambil gunting.

Maudy mengangguk pasrah. Kemudian, membiarkan King merapikan potongan rambutnya dengan jantung berdebar kencang.

Bukan karena baper tapi karena takut King akan memotong rambutnya menjadi lebih pendek.

Gadis cantik itu menutup matanya erat seraya berkomat kamit di dalam hati. Tidak berani membuka matanya sebelum King selesai memotong rambutnya.

Tingkahnya membuat King menggelengkan kepala geli. Menurutnya, Maudy sangat lucu dan menggemaskan.

"Nah, lihatlah. Bagus 'kan potongan rambut barumu?" King memberikan cermin ke Maudy. Diterima oleh gadis itu. Langsung bercermin di sana.

Maudy tersenyum puas. "Yah. Lumayan."

King mengelus puncak kepala Maudy lembut. "Istirahat lah sekarang. Aku pergi kuliah dulu." Alibinya di saat alasan yang sebenarnya adalah ingin membalas perbuatan Xavera pada kekasihnya.

Sedangkan Maudy berdecak kesal di dalam hati karena kepalanya disentuh oleh King. Ingin sekali rasanya memotong tangan lancang pria itu!

"Baiklah."

Namun, yang muncul di permukaan malah senyuman manis dan anggukan patuh. Bermuka dua.

Bersambung...

29.5.22

firza532

ObsessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang