Vote sebelum baca⭐
Gadis cantik itu terus bergerak gelisah. Berguling-guling di atas kasur. Berpindah dari satu sisi ke sisi lain. Menghela nafas kasar, meringis, dan kembali berguling.
Tingkah absurdnya membuat King yang baru saja masuk ke dalam kamar menggelengkan kepala heran. Mendekati gadis itu, meletakkan barang bawaannya di dekat meja, dan duduk di tepi kasur.
Maudy refleks berhenti bergerak saat mengetahui kehadiran King.
"Kenapa, sayang?"
Pertanyaan King membuat Maudy menghela nafas kasar. Tatapannya tampak sangat memelas. "Seluruh wajahku terasa nyeri." Adunya lantaran tak sanggup menahan sendirian.
King menatap prihatin. "Bersabarlah, sayang. Luka di wajahmu pasti akan sembuh secepatnya."
Maudy diam. Memilih sibuk mengipasi wajahnya.
"Kau sudah makan malam?"
Maudy menggeleng.
"Kalau begitu, kita makan dulu."
"Kau saja yang makan."
"Kenapa?"
"Lukaku terasa sangat nyeri saat mengunyah."
"Makan bubur mau? Nanti kubuatkan."
Maudy menggeleng. "Tidak suka." Cemberutnya.
Dari dulu, Maudy sangat menghindari makanan lembek satu itu karena menurutnya tidak enak meskipun belum pernah mencobanya. Maudy juga tidak berani mencobanya. Aneh memang.
King berpikir sejenak. Memikirkan makanan yang tepat untuk pacarnya.
"King, sepertinya kita harus menjaga jarak. Aku tidak ingin kejadian serupa kembali terulang padaku. Aku tidak ingin dilukai oleh penggemarmu lagi." Maudy memanfaatkan keadaannya sebagai alasan untuk kabur dari sisi pria itu.
King membelai rambut hitam Maudy pelan. "Tenang saja! Mulai sekarang aku akan menyuruh bodyguard mengikutimu kemanapun."
Maudy melotot kaget mendengar penuturan Gila King. "Jangan menyuruh bodyguard mengikutiku!"
Kebebasannya sudah terenggut. Dengan kehadiran bodyguard, tentu saja kebebasannya akan semakin terenggut. Maudy tak ingin hal tersebut terjadi! Itu sangat mengerikan! Bahkan, saat memikirkannya saja sudah terasa sangat mengerikan.
"Aku tidak ingin kau dilukai oleh penggemarku lagi. Lebih aman kalau ada bodyguard yang memantaumu. Tenang saja, aku akan membuatmu tidak menyadari kehadiran mereka."
Itu lebih mengerikan!
Bisa saja nanti dia melakukan kesalahan dan bodyguard melapor ke King. Berakhir mendapatkan hukuman. Ughh, menyeramkan. Maudy tak sanggup membayangkannya.
Maudy melipat tangan di depan dada. "Makanya jangan baperin para perempuan. Kau membuat mereka menaruh harapan padamu sehingga saat harapan mereka lenyap, mereka melampiaskan amarahnya padaku."
King menyengir. "Itu hanyalah masa lalu, sayang. Sekarang aku tidak akan mendekati dan membuat baper perempuan lain lagi."
"Dasar buaya!"
Umpat Maudy pelan tanpa menyadari bahwa dirinya pun sama.
Gadis cantik itu juga sering baperin para cowok dan menghosting mereka saat Sang cowok meminta kepastian.
Sudah banyak korbannya. Jika dihitung, mungkin sudah sampai seratus saking banyaknya.
Maudy mengerjap kaget kala King tiba-tiba menindih tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang akibat terlalu takut sedangkan wajahnya pucat pasi.
King berdecak kesal di dalam hati melihat reaksi berlebihan Maudy. Ditangkupnya wajah gadis itu dan menatapnya dalam. "Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu."
Maudy tak berani membalas tatapan King. Ia meremas ujung pakaiannya resah.
Rasa sakit di wajahnya bahkan mendadak menghilang akibat merasa terintimidasi oleh keberadaan King.
Bersambung....
31.5.22
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessive
RomanceTakdir membawa Maudy ke negara asing dan mempertemukannya dengan brondong yang terobsesi padanya. Selalu melakukan apapun untuk menahannya. Mulai dari hal sepele sampai ke hal anarkis. Lantas, bagaimanakah nasib Maudy selanjutnya? Apakah dia mampu m...