Part 18◾

31.3K 2.6K 86
                                    

Vote sebelum baca⭐

‍‍Keadaan di dalam mobil begitu hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‍‍Keadaan di dalam mobil begitu hening. Keduanya sibuk pada kegiatan masing-masing. King sibuk menyetir sedangkan Maudy sibuk memejamkan mata, berpura-pura seperti orang tidur supaya King tidak merecokinya.

Entah kemana pria satu itu membawanya hingga mereka masih terjebak di jalanan. Padahal, Maudy sudah tidak sabar untuk rebahan di rumah karena tubuhnya sangat lelah seharian ini.

Maudy lelah menghadapi dosen killer yang membuat mentalnya terserang dan terombang ambing. Bernafas pun rasanya sangat sulit kala berada di hadapan dosen killer tersebut. Terlebih lagi, tadi dia gagal menjawab pertanyaan dosennya.

Maudy memang tidak dimarahi tapi gadis cantik itu merasa tak enak hati dan merutuki dirinya sendiri.

Status pertukaran mahasiswanya menjadi taruhan. Mungkin dosen killer satu itu sudah mencapnya sebagai pertukaran mahasiswa yang lolos karena keberuntungan saja. Ah, tapi kan Maudy memang modal beruntung saja.

"Kenapa kau terlihat uring-uringan, sayang? Apa yang menganggu pikiranmu?"

Maudy sontak membuka matanya akibat tingkah sok tidurnya ketahuan. "Aku teringat kejadian di kelas."

"Kejadian apa?"

"Di tanya dosen dan tidak bisa menjawabnya." Maudy menjawab lesu seraya menyandarkan kepalanya ke kaca mobil.

King melirik Maudy sekilas. "Wajar saja kau tidak bisa menjawab pertanyaan dosen karena kau bukan perpustakaan berjalan atau pun google yang serba tahu, sayang." Hiburnya.

Maudy mengangguk membenarkan. "Kau ada benarnya juga! Untuk apa aku memikirkan kejadian tadi? Lebih baik melupakannya." Kekehnya.

King tersenyum manis. "Tepat sekali. Daripada memikirkannya, lebih baik memikirkan ku. Lebih menyenangkan dan mendebarkan."

Ekspresi santai Maudy langsung berubah ke sinis. Untung saja King tak melihat ekspresinya sehingga aman dari ancaman menyebalkan pria itu.

Kala tatapan King beralih ke Maudy, gadis cantik itu langsung memasang wajah polosnya. "Benarkan, sayang?"

"Iya." Jawab Maudy terpaksa.

'cih, daripada melihatmu, lebih baik aku melihat Oppa Eunwoo. Itu baru menyenangkan dan mendebarkan.' batin Maudy.

"Sebenarnya kita mau kemana?" Mengutarakan lagi isi pikirannya.

"Mall."

Maudy ber oh ria tanpa menanyakan lebih lanjut. Setelah sampai di tempat tujuan, Maudy langsung keluar lantaran terlalu gerah berduaan terus dengan King. Rasanya sangat ingin kabur tapi nyalinya ciut duluan. Jadi, terpaksa menerima dan bersabar sampai masa programnya di sini berakhir.

Di dalam mall, King membelikan banyak pakaian untuk Maudy. Menyuruh Maudy mencoba semua pakaian pilihannya secara satu persatu. Lagi-lagi Maudy hanya bisa menurut atas tindakan semena-mena pria itu.

"Ckck! Ternyata gadis kampungan sepertimu mendekati King karena ingin memanfaatkan kekayaannya." Cemooh seseorang. Xavera Gwen. Teman satu kampus seangkatan sekaligus korban php King.

Maudy yang ingin mengganti pakaian menatap Xavera kesal.

"Kau sangat tidak tahu malu. Memoroti pria kaya raya. Ah, atau jangan-jangan kau sering merangkak ke atas kasur mereka untuk memoroti uang mereka?"

Maudy tak tahan lagi atas penghinaan yang diterimanya. Selama hidup, baru kali ini dia mendapatkan hinaan separah ini.

"Jaga mulutmu, bitch! Kau yang jalang! Lihatlah pakaian kekurangan bahanmu itu! Menunjukkan tubuh telanjangmu. Pasti setiap malam kau yang merangkak ke kasur pria. Sudah berapa batang yang memasukimu hah? Sepuluh, seratus, atau seribu?"

Xavera tercengang mendapati hinaan Maudy. Ia pikir gadis itu mudah ditindas karena terlihat lemah dan polos.

"Alangkah baiknya sebelum berbicara itu berkaca! Kalau di rumahmu tidak ada kaca, kau bisa berkaca sekarang juga di sini." Sinis Maudy seraya menunjuk kaca besar dalam ruangan dengan dagunya.

Kemudian, ia pun keluar dari ruang ganti karena sudah tidak mood. Meninggalkan Xavera yang terpaku di tempat.

"Baru kali ini aku melihat seorang Xavera kalah melawan orang lain." Komentar Frisha, teman satu gengnya.

Xavera menoleh protes. "Aku tidak kalah! Lihat saja! Aku akan membalas gadis kampungan itu sampai dia menyesal karena berani melawanku."

Frisha tersenyum mengejek. "Kalau begitu akan ku tunggu hari pembalasanmu."

Xavera mengepalkan tangan kesal. Bertekad akan memberikan pelajaran ke Maudy karena telah membuat harga dirinya tercoreng. Apapun caranya!

Bersambung...

27.5.22

firza532

ObsessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang