Part 7◾

56.5K 4.5K 190
                                        

Vote sebelum baca

Hujan turun begitu deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan turun begitu deras. Seakan mampu meruntuhkan kos yang ditempati Maudy. Sangat menakutkan dan mengerikan.

Maudy mencengkram selimutnya takut. Matanya tak bisa terpejam akibat diselimuti ketakutan meskipun sudah sangat mengantuk.

Jantungnya berdetak tak karuan kala petir terdengar memekakkan telinga. Bahkan saking terkejutnya, Maudy refleks menutup telinganya sekuat tenaga.

Maudy hampir menyerah. Ingin pergi ke kamar sebelah dan tidur di sana supaya tak sendirian.

Sekarang, Maudy memang tidur sendirian karena teman sekamarnya pulang kampung.

Namun, rasa takutnya lebih besar. Ia tak berani beranjak seinchi pun dari kasur.

Maudy menjerit kaget kala jendela kamarnya dibuka dari luar. Ia bahkan refleks berlari ke arah pintu. Bersiap melarikan diri tapi ia lupa kalau kunci kamar berada di bawah bantalnya.

Gadis cantik itu berbalik pasrah seraya mencuri pandang ke arah jendela kamar.

Tubuhnya mematung, lidahnya kelu, dan jantungnya terasa berhenti berdetak untuk sesaat.

Penampakan yang dilihatnya jauh lebih menakutkan daripada cuaca malam ini.

Lututnya melemas, hingga berakhir duduk bersimpuh di lantai. Tubuhnya mulai gemetaran dan tak berani lagi mengangkat pandangannya.

"Maudy."

Suara berat itu membuat air mata Maudy jatuh. Membuktikan betapa takutnya dia.

King melangkah mendekati Maudy dan berjongkok di hadapan Maudy. Tatapannya terlihat sangat tajam dan mematikan

"Jangan pernah mencoba kabur dariku atau aku akan menghukummu ... Masih ingat perkataanku yang satu ini?" Tanyanya dingin.

Maudy terisak pelan lantaran terlalu takut membayangkan hukuman yang diberikan King padanya.

Ia tersentak kaget kala King mencengkram dagunya dan mengangkatnya secara paksa.

"Untuk apa kau menangis, hah?! Bukankah kau sendiri yang memilih pilihan ini?" Bentak King.

Maudy menatap King tak berdaya. "Tapi kau yang memaksaku memilih pilihan ini." Balasnya memberanikan diri.

King mengangkat alisnya heran.

"Kau jahat padaku. Kau melecehkanku!" Teriak Maudy meluapkan amarahnya sambil menepis kuat tangan King.

"Demi apapun, seumur hidup aku belum pernah diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Kau orang pertama yang sejahat itu padaku. Memangnya apa salahku hingga kau tega berbuat seperti itu padaku?!"

"Kau dekat dengan laki-laki la---"

"Tapi itu bukan berarti kau bisa melecehkanku! Lagipula bukan kah aku sudah menjelaskan padamu?! Tapi kenapa kau tidak mau mendengar penjelasanku?! Apakah karena aku barangmu?! Makanya penjelasanku tidak penting!"

Maudy berusaha menahan tangisnya mengingat perlakuan King padanya. Baru saja dia melupakan kejadian itu, tapi kenapa King malah muncul di hadapannya dan membuatnya kembali teringat?

King menghela nafas kasar melihat ketakutan Maudy. "Oke. Maafkan aku."

Maudy tertawa tak percaya. "Semudah itu kau mengucapkan kata maaf padaku?! Bahkan tanpa rasa bersalah?!"

Ia menggelengkan kepala miris. Merasa King sangat kejam dan tidak berperasaan.

"Pergi!! Jangan mengganggu lagi dan menjauhlah dari kehidupanku!" Teriak Maudy seraya mendorong tubuh King.

Namun, King malah menahan tangan Maudy dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Mengunci pergerakan gadis itu hingga tak bisa bergerak sedikit pun.

"Menjauh dari kehidupanmu? Jangan harap! Kau milikku, Maudy. Hanya milikku!" Tekan King penuh otoriter.

Maudy kembali berusaha meronta. "Lepaskan aku!!"

"Tidak akan! Aku tidak akan melepaskanmu! Apapun akan kulakukan untuk menahanmu di sisiku. Bahkan jika itu harus mematahkan kedua kakimu."

Tubuh Maudy menegang kaku mendengar perkataan serius King. "Kau gila!"

"Ya. Aku gila karena kau! Aku gila karena terlalu mencintaimu!"

"Itu bukan cinta, tapi obsesi!" Sergah Maudy.

"Aku tidak peduli. Yang paling terpenting kau harus pulang bersamaku atau aku benar-benar akan mematahkan kakimu."

Maudy menangis kesal mendengar ancaman mengerikan King.

"Kau sangat jahat padaku! Semoga saja suatu saat nanti, saudara perempuanmu merasakan apa yang kurasakan hari ini!! Bahkan mereka harus merasakan lebih buruk daripada yang kualami hari ini!!" Doa buruk terucap begitu saja dari mulut Maudy akibat terlampau emosi.

King sedikit tersentak mendengar perkataan Maudy. Pikirannya langsung tertuju pada kakaknya.

Namun, itu tak membuatnya berhenti. Ia terus memaksa Maudy pulang ke London bersamanya tanpa mempedulikan tangisan dan penolakan Maudy.

Bersambung....

19.5.22

firza532

ObsessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang