Part 19◾

32.1K 3K 145
                                        

‍‍Gadis cantik itu mendesah lega kala isi perutnya berhasil dikeluarkan setelah menahan dua jam lebih di dalam kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


‍‍Gadis cantik itu mendesah lega kala isi perutnya berhasil dikeluarkan setelah menahan dua jam lebih di dalam kelas.

Keluar dari bilik kamar mandi, berjalan menuju wastafel, dan mencuci tangannya di sana.

Tubuhnya terlonjak kaget kala mendengar pintu ditutup. Terdengar sangat keras dan menganggu pendengarannya.

Ia menelan saliva kasar kala melihat segerombolan perempuan berdiri di dekat pintu. Tangan mereka terlipat di depan dada dan tatapan mereka seakan mengulitinya hidup-hidup.

Melihat siapa pemimpin dari gerombolan itu, kian membuatnya gugup. Xavera! Orang yang membuat masalah dengannya kemarin.

Ternyata, gadis itu menaruh dendam padanya dan membawa seluruh antek-anteknya. Dua belas orang. Bukan jumlah yang sedikit! Membuktikan betapa dendamnya Xavera padanya.

Habislah dia!

Lantaran takut disakiti, Maudy buru-buru mengambil hp nya dan hendak menghubungi King. Namun, hp nya langsung dirampas oleh Xavera.

Hp kesayangannya dibuang ke lantai oleh Xavera dan diinjak-injaknya hingga pecah. "Jangan harap bisa meminta bantuan pada orang lain, Maudy." Kekehnya sinis.

Maudy menatap nanar nasib hp kesayangannya. Kemudian, mendongak. Menatap Xavera marah.

"Berani sekali kau menghancurkan hp ku!"

Amarahnya meluap-luap setelah Xavera menyentuh barang pentingnya. Melupakan rasa sakit dan menyisakan amarah.

"Tidak hanya berani menghancurkan hp mu, tapi aku juga berani menghancurkan mu," kata Xavera dengan nada rendah namun mengancam.

Maudy menunjukkan wajah sinis. "Pengecut sepertimu berani menghancurkan ku?" Kekehnya mengejek.

"Masalah ada di antara kita, tapi kau malah membawa turut serta semua babumu. Segitu takutnya kau denganku?"

Xavera menggeram kesal dan melayangkan tamparannya, tapi Maudy menangkap pergelangan tangan gadis itu. "Pengecut." Bisiknya rendah seraya menghempaskan tangan Xavera kuat. Menghadirkan ringisan samar dari gadis itu.

"Kau salah mencari lawan, Maudy!" Geram Xavera.

"Serang dia, guys!" Titahnya.

Maudy melotot melihat dua belas babu Xavera maju dan menyerangnya secara bersamaan. Ada yang memegangi tangannya, menjambak rambutnya, dan mencoreng wajahnya dengan lipstik.

Maudy berusaha berontak. Menendang kaki orang di sampingnya dan bergerak bar-bar supaya mereka kewalahan. Tapi, apalah daya. Dia kalah jumlah.

Mereka malah semakin memeganginya dengan erat dan mengunci kakinya.

"Kalian gila! Cepat lepaskan aku!" Jerit Maudy kesal.

Xavera mencengkram dagu Maudy kuat. "Melepaskanmu?" Kekehnya mengejek. "Jangan harap! Aku akan mengajarimu menjadi hewan yang patuh hari ini!"

Maudy meludahi Xavera. "Mimpi!" Tekannya.

Xavera semakin marah dibuatnya. Berakhir menampar wajah Maudy berulang kali.

"Gadis kampungan sepertimu beraninya meludahiku! Jangan panggil aku Xavera kalau aku tidak membuatmu jera!" Amuknya.

Maudy meringis kesakitan akibat tamparan bertubi-tubi yang diterimanya. Sudut bibirnya sudah berdarah dan pipinya memar.

"Entah apa yang kau lakukan sehingga wajah jelekmu ini bisa menggoda King." Cemooh Xavera sebelum melayangkan tamparan lagi.

"Aku tidak menggodanya, tapi dia lah yang menggodaku. Tidak sepertimu yang duluan menggoda dia tapi tak ditanggapi. Sungguh gadis menyedihkan." Balas Maudy menghina. Mengabaikan rasa sakit di wajahnya karena terlampau marah. Di dalam hati ia berjanji membalas mereka lebih kejam.

Xavera semakin marah. Akibat terlampau marah, gadis itu pun mengambil gunting dari sakunya.

Maudy melotot kaget. Sudah dapat menebak apa yang akan dilakukan Xavera padanya.

Melihat ketakutan Maudy, kian membuat Xavera menyeringai senang.

"Selama ini King menyukai perempuan berambut panjang. Apa jadinya kalau aku memotong rambutmu? Apakah dia akan mencampakkanmu dan mencari target lain?"

Maudy meronta-ronta. "Jangan sentuh rambutku!!"

Xavera menjambak rambut Maudy lebih kuat sehingga Maudy meringis kesakitan dan tak meronta lagi.

"Diamlah, bitch! Aku akan memotong rambutmu secara gratis. Setelah ini, kau harus berterima kasih padaku."

Maudy mencoba berontak lagi kala gunting Xavera menyentuh rambutnya.

"Diam!!" Bentak Xavera marah dan ... Memotong rambut Maudy.

Entah kekuatan dari mana, Maudy berhasil menghempaskan semua orang yang memeganginya.

Maudy merampas gunting Xavera secara paksa dan meninju wajah gadis yang telah memotong rambut berharganya.

"Berani menyentuh rambutku, sama saja mencari mati!" Jeritnya.

"Mengalah saja, Maudy! Kami banyak, sedangkan kau sendirian." Ejek Frisha.

Maudy tak menghiraukan perkataan teman Xavera. Melainkan mengunci gerakan Xavera dan menempelkan ujung gunting ke leher jenjang lawannya.

Semua anggota geng Xavera hendak maju.

"Siapapun yang berani bergerak, maka jangan salahkan aku kalau ujung gunting ini menerobos masuk ke lehernya." Ancamnya bak psikopat.

Semuanya terdiam membeku mendengar ancaman Maudy. Padahal aslinya, Maudy tidak akan berani melakukannya.

Gadis cantik itu memasang wajah paling mengancamnya. "Keluar!" Titahnya.

Semuanya mundur teratur.

Maudy menyeringai senang.

"Cepat keluar atau aku akan menusuk lehernya!" Ancam Maudy.

"Keluar kalian!" Titah Xavera menegaskan. Mana mungkin ia rela membiarkan leher mulusnya dilukai oleh Maudy.

Semua geng Xavera pun keluar.

Bertepatan dengan itu, terdengarlah suara King memanggilnya.

Maudy langsung membuang guntingnya dan berlari ke arah pintu. "Kingg! Tolong aku!" Isaknya pilu seraya memeluk tubuh King.

Tubuh King menegang kaku mendengar tangisan pilu Maudy. Ia membalas pelukan Maudy dan mengusap punggung Maudy menenangkan sedangkan tatapannya tertuju lurus pada Xavera.

Tatapan yang terlihat sangat marah, kejam, dan ingin membunuh.

Bersambung...

firza532

ObsessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang