Part 4◾

62.4K 5.1K 165
                                    

Vote sebelum baca⭐

Langkah kaki Maudy terasa sangat berat melihat King berdiri di ambang pintu kelasnya dengan penuh senyuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki Maudy terasa sangat berat melihat King berdiri di ambang pintu kelasnya dengan penuh senyuman.

Ingin sekali rasanya kabur dan bersembunyi dari pria itu tapi terlalu mustahil untuk dilakukan melihat betapa posesifnya King. Bahkan saking posesifnya, menunggu dirinya di depan kelas. Pasti King takut dia kabur.

"Sedang apa kau di sini?" Tanya Lavina heran melihat keberadaan adiknya di ambang pintu seperti tengah menunggu sesuatu.

"Tentu saja menunggu pacarku, kak."

Lavina melotot kaget. "Pacar? Siapa pacarmu? Kenapa aku tidak pernah tahu kau punya pacar?!"

Sungguh kejutan baginya mengetahui adik lelaki satu-satunya memiliki pacar setelah 19 tahun hidup di muka bumi tercinta.

Yah, adiknya berstatus jomblo sejak lahir.

King memang sering menggoda perempuan tapi dia tak pernah jatuh cinta dan menjalin hubungan asmara. Istilahnya, King hanya membuat mereka baper dan menghosting mereka setelah targetnya meminta kepastian.

"Pacarku ada di sebelah kakak."

Jawaban polos King sontak membuat semua mata tertuju pada Maudy sehingga membuat gadis cantik itu meringis malu.

"Maudy?!" Lavina bertanya memastikan dan dijawab anggukan penuh semangat oleh King. Persis seperti anak kecil yang sedang dilanda kebahagiaan.

Maudy menelan saliva gugup akibat ditatap oleh semua orang. Tanpa mengatakan apapun, ia langsung berlari keluar kelas.

"Maudy! Aku butuh penjelasanmu!" Teriak Lavina heboh.

Maudy tak berbalik sedikit pun. Terus berlari kencang tanpa mempedulikan tatapan orang-orang karena yang paling terpenting baginya adalah kabur dari sana. Begitulah sifat Maudy. Sering kabur kalau sedang menghadapi masalah.

Gadis cantik itu baru berhenti berlari kala Kakinya terasa sakit. Bibirnya mencebik kesal karena kakinya selalu seperti ini.

Lantas, dia pun duduk di bangku. Kemudian, mengurut pergelangan kakinya secara perlahan.

"Maudy. Lo kok bisa di sini? Lo juga ikutan program pertukaran mahasiswa?!"

Maudy mendongak akibat mendengar suara yang sangat dikenalinya. Fadil. Orang yang pernah dibaperinnya habis-habisan di sosmed. Kalau tidak salah ingat, kejadian itu terjadi tiga bulan lalu.

Gadis cantik itu mengumpat di dalam hati atas kebetulan tak terduga tersebut.

Bayangkan, dari sekian banyaknya manusia di muka bumi. Kenapa malah bertemu dengan Fadil?!

"Iya hehe." Cengir Maudy berusaha bersikap biasa.

"Wah. Gak nyangka banget bisa ketemu Lo di sini."

Fadil duduk di samping Maudy. "Gimana kabar Lo, Dy?"

"Baik, kamu sendiri gimana?"

"Baik juga dan semakin baik lagi setelah melihat Lo di dunia nyata."

Fadil mengambil alih kaki Maudy dan mengurutnya secara perlahan.

"Eh, gak usah diurut. Kakiku udah mendingan kok." Tolak Maudy seraya menepis tangan Fadil secara halus supaya pria itu tak tersinggung. Untungnya Fadil tidak memaksanya.

"Kalau boleh tahu, kenapa Lo menghilang begitu aja pas gue udah cinta sama Lo, Dy? Udah gue coba menghubungi nomor Lo berulang kali tapi selalu gak aktif."

Maudy menahan nafasnya kaget mendengar pertanyaan serius Fadil.

"Bukannya kata Lo serius sama gue. Tapi kok malah ngilang pas gue udah cinta?"

Maudy menyatukan kedua tangannya seraya memasang wajah bersalah. "Maaf, Fadil. Waktu itu aku bukan benar-benar suka sama kamu tapi aku ngaku suka ke kamu karena dare dari temanku."

Wajah heran Fadil menjadi datar seketika mendengar jawaban dari gadis yang digilainya meskipun belum pernah bertemu secara langsung sebelum ini.

"Maaf banget. Kamu boleh marah ke aku karena aku tahu kalau aku salah." Jurus andalannya supaya gak dimarahi oleh orang lain, yaitu menyalahkan diri terlebih dahulu sebelum disalahkan.

Fadil mendadak tersenyum manis. "Gapapa. Gue paham kok. Soalnya gue juga pernah lakuin dare semacam itu."

Maudy tersenyum lega.

Fadil menatap Maudy penuh arti. "Kita bisa jadi teman 'kan?"

"Tentu saja bisa." Sahut Maudy seraya tersenyum manis.

Fadil mengusap rambut Maudy secara perlahan hingga membuat gadis itu mengerjap kaget. "Kalau begitu, mulai sekarang kita teman, Maudy."

Perasaan Maudy mendadak tidak enak melihat senyuman Fadil. Ia merasa melihat bayangan King di dalam diri Fadil. Akibat tak nyaman itulah, ia berusaha kabur. "Kalau begitu, aku pulang dulu."

Fadil menyentak tangan Maudy kuat sehingga membuat Maudy kehilangan keseimbangan tapi pria itu menarik Maudy dengan sigap ke dalam pelukannya. "Aku akan mengantarkan mu."

"Ti---"

Prok prok prok!

Tepukan tangan meriah dari seseorang membuat kedua perhatian orang itu teralihkan.

Maudy mendadak menahan nafas melihat King tersenyum manis ke arahnya.

"Bagus, Maudy. Kau kabur dariku dan lari ke pelukan pria lain. Mau kuberikan hukuman seperti apa?" King tersenyum penuh makna sedangkan Maudy menahan nafas kaget.

Bersambung...

firza532

ObsessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang