57

516 42 2
                                    

Hari hari berjalan seperti biasa, vano telah menginjak usia 18 bulan. Ada yang berubah, bukan june tetapi daniel malah lebih sering mengajak thania bertemu dengan vano sebagai alasan. Anehnya june tak merasa keberatan, padahal dulu sebelum memiliki anak june sangat posesif.







Sekarang sudah waktunya tidur, tapi keluarga kecilsatu ini tetap terjaga karena vano yang enggan memejamkan matanya. Ia masih penuh dengan energi dan sekarang sedang duduk diatas perut june yang terbaring sambil bercanda dengan june. Thania hanya tertawa melihat vano yang tertawa tanpa henti.

Vano turun dari atas tubuh june, duduk diantara june dan thania.

"Kamu ga ngantuk?" Tanya thania pada june

"Engga" jawab june memajukan bibirnya meminta thania menciumnya dan dengan segera thania mengecup bibir june. Kemudian tiba tiba vano memukul wajah june. June dan thania menatap bingung ke arah vano yang sekarang cemberut.

"Papa gaboleh cium mama?" Tanya june dan vano menggeleng. Dengan jahilnya june mencium pipi thania dan mendapat pukulan dari vano lagi.

Vano melingkarkan tangannya diwajah thania, memeluknya tetapi june masih tetap mencium thania dan kali ini lebih lama

"Mamaaaaaaaa" rengek vano sambil mecoba mendorong wajah june.

Thania hanya terkekeh

"Kenapa papa gaboleh cium mama?" Tanya thania

Vano menggelengkan kepalanya
"Mama pano" katanya

"Vano sayang mama atau papa?" Tanya june

"Mama" kata vano cepat

"Ga sayang papa? Yaudah papa ga beliin mainan lagi. Vano ga sayang papa" kata june

"Engg ayang mama papa" jawab vano

"Berarti papa boleh cium mama kan?" Tanya june

Vano mengangguk
"Atu ja" katanya

"Papa mau nya banyak banyak" kata june

"Aku buat susu vano dulu deh ya biar dia tidur. Udah malem banget ini" kata thania dan june mengangguk.















Thania kembali masuk dengan membawa sebotol susu milik vano.

"Kita bobok lagi ya" kata thania memberi botol susu pada vano yang sudah berulang kali menguap ngantuk.

Vano berbaring diantara thania dan june. Mereka tidur menyamping menghadap vano, dan vano meminum susunya sambil memainkan rambut panjang thania dan akhirnya tertidur.

🍑🍑🍑

Vano kini tumbuh menjadi anak yang pintar. Hari ini tepat hari ulang tahun vano yang ke 3, thania dan june berjanji akan mengajak vano berjalan jalan dan membelikan makanan kesukaan vano.

Pagi ini thania sedang memasak sarapan dan june tengah mandi. Vano asik bermain didalam kamar.

Tanpa thania ketahui, vano mengambil ponsel thania diatas nakas dan vano menekan ikon aplikasi whatsapp dan menekan percakapan yang dibagian kiri terdapat foto daniel kemudian menelfonnya. Ia bisa melakukannya karena sering melihat kedua orang tuanya menelfon, dan ya, vano anak yang pintar sehingga ia melakukannya dengan mudah karena ingatannya.

"Alo papa niyel" kata vano setelah terdengar suara daniel

"Eh vano. Iya, kenapa sayang?" Tanya daniel dari sebrang sana

"Pano ulang tahun hali ini, papa niyel dateng kan? Papa niyel udah beliin kado untuk pano kan?" Tanya vano dengan lucunya

Daniel tersenyum mendengar vano yang tak bisa mengucapkan huruf R
"Iya, papa udah beliin. Tapi papa datengnya malam ya. Soalnya papa ada kerjaan dikantor" jawab daniel

"Papa beliin kado apa? Tempomel?" Tanya vano lagi bersemangat

"Vano mau dibeliin kado transformers?" Tanya daniel

"Mau lah" kata vano

"Nanti papa beliin, jadinya kado vano dua" kata daniel

"Yeeey" sorak vano senang

"Vano, mama mana?" Tanya daniel

"Mama didapul, masak" jawab vano

"Ooh, yaudah papa tutup ya. Vano dengerin omangan mama sama papa june, jangan bandel" kata daniel menasehati vano

"Iya papa" jawab vano

"Daah" kata daniel memutus sambungan telfon mereka.

Tak lama june keluar dari kamar mandi dengan handuk menutupi tubuh bagian bawahnya.

"Ha?" Kata vano menutup mulutnya yang menganga dengan tangan mungilnya

"Vano kenapa sayang?" Tanya june bingung.

"Pelut papa kok kayak gitu? Ga kayak pelut pano" tanya vano sambil mengangkat bajunya memperlihatkan perut bulatnya.

June terkekeh
"Papa olahraga makanya kayak gini" kata june

Vano hanya terdiam menatap perut sixpack june

"Jun sarapan dulu, vano mana? Vano sarapan dulu ayok. Kita mau kerumah nenek habis itu" ajak thania.

"Kamu buruan pake baju, kita sarapan" kata thania

"Ma, liat pelut papa" kata vano menunjuk perut june

"Kenapa ga sama?" Tanya vano melihat perutnya

Thania dan june terkekeh.
"Vano banyak banyak makan sayur kalo mau kayak papa. Yuk kita sarapan dulu yuk" ajak thania dan vano mengikutinya ke arah meja makan.

"Ma, papa niyel nanti malem mau kesini. Tadi pano telpon, papa niyel mau kasi pano kado, dua" jelas vano setelah thania mendudukkannya dikursinya

"Siapa yang nelfon?" Tanya thania heran

"Pano, pake telpon mama. Pano liat papa june sama mama telpon telpon, jadi pano tau" jawab vano

Thania tersenyum sambil mengusap kepala anaknya, bangga dengan anaknya yang pintar.

Go back (kdn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang