Ini bonchapt terakhir. Beneran deh

705 57 19
                                    

"Lo udah mendingankan? Yok pulang" kata daniel menarik tangan thania

June yang melihat itu hanya bisa mengepal tangannya. Ia tak suka melihat thania diperlakukan seperti itu. Tapi ia hanya bisa diam terbaring di ranjang rumah sakit.

"Kamu kok bisa gini sih sayang???" Tanya angel menghampiri june dengan wajah sedihnya

"Handphone aku mana?" Tanya june

"Aku khawatir banget tau sama kamu"

"Angel, aku mau istirahat" kata june sambil menatap ponselnya.

"Kamu pake kartu kredit aku buat apa? Sampe batas limit gini?" Tanya june terkejut melihat pesan di ponselnya

"Itu sayang, keponakan aku mereka minta beliin handphone model baru. Iphone" jawab angel

"Mereka? Lebih dari satu dong?" Tanya june tak percaya

"Sama aku beli tas yang waktu itu aku bilang pengen beli itu sayang" kata angel lagi

June hanya menghela nafas berat.

"Sekarang kartunya mana? Balikin" kata june yang sudah tau pasti angel mengambilnya diam diam

"Sorry" kata angel sambil memberikan kartu milik june

Saat seperti ini june jadi merindukan thania. Dulu thania selalu marah marah jika ia membelikan thania dress mahal atau tas mahal, buang buang uang katanya. Saat june berkata ingin makan direstaurant mahal, thania selalu menyuruhnya makan dirumah dan memasakkannya masakan yang menurut june jauh lebih enak dari restaurant berkelas.

Getar handphone ditangan june membuyarkan lamunannya.

Thania

June tanpa ragu menggeser tombol hijau dilayar yang kemudian menampilkan wajahnya dan wajah malaikat kecil kesayangannya itu.

"Haiii papa" kata vano dengan senyum manisnya

June tersenyum.

"Papa kesini dong, main sama pano" kata vano lagi

"Gabisa sayang" kata june

"Oh iya, papa lagi sakit ya" kata vano menepuk jidatnya dan june tersenyum melihat betapa gemasnya vano

"Papa kalo udah sembuh main sama pano ya?" Tanya vano

"Iya, papa usahain ya" jawab june

"Yaudah deh pa. Pano mau makan, lapel" kata vano

"Iya, makan yang banyak ya. Dadaah" kata june

"Dadah pa"


Vano keluar dari kamarnya dan melihat kedua orang tuanya ntah sedang melakukan apa, ia tak tau, yang ia tau ia lapar.

"Maa, pano lapel" kata vano dan dengan cepat thania berdiri dari pangkuan daniel

"Ha? Kenapa? Kamu laper? Emm mau makan apa?" Tanya thania

"Untung belum ke inti" kekeh daniel pelan

"Eh vano sini deh, papa mau nanya" kata daniel dan vano pun menghampirinya

"Vano mau punya adek ga?" Tanya daniel dan thania melotot tak percaya

"Mau, tapi laki laki ya bial bisa main baleng" jawab vano

Go back (kdn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang