Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JAEHYUN menatap sepupunya dengan kesal, sedangkan Myungsoo yang ditatap hanya mengerlingkan matanya.
"Ada apa Jae?" tanya Myungsoo yang sudah mulai jengah.
"Ini semua gara-gara kau," balas Jaehyun.
Myungsoo menggeram, "memangnya apa yang sudah aku lakukan?"
"Jika kau tidak kehilangan jejaknya, pasti aku sudah bisa menyelesaikan semuanya."
"Menyelesaikan semuanya? Bahkan perusahaan keluargamu masih berada diambang kehancuran."
"Argh," erang Jaehyun ketika mendengar pernyataan Myungsoo yang menurutnya menyebalkan. "Dasar sepupu tidak berguna."
"Hei, aku sudah membantumu 8 tahun lalu dan ini balasanmu? Lagipula kau yang lebih tak berguna, kehilangan semua jejaknya padahal sudah ku ringankan bebanmu dengan menyadapnya diam-diam," protes Myungsoo.
Jaehyun mendengus kasar karena ia cukup membenarkan ucapan Myungsoo. Ini semua gara-gara Oh Sehun, astaga semuanya saja ia salahkan.
"Lagipula dia juga di Seoul, kau saja yang kurang berusaha."
"Aku tahu dan aku rasa tidak lama lagi menemukannya."
Myungsoo mengangkat kepalanya menatap Jaehyun. "Maksudmu, kau sudah tahu?"
Jaehyun mengangguk, "dan aku ingin kau membantuku lagi."
"Apalagi, pabo?"
"Menemukannya sebelum ibuku mendahuluiku."
***
Soojung sudah kembali ke rutinitas biasanya, ia menyapa Jongin yang baru saja masuk ke ruangannya untuk menemui Irene. Sudah lama ia tidak melihat Jongin, Soojung dengar Jongin sedang sibuk berkencan akhir-akhir ini entah dengan siapa.
Kemudian ia menatap jam tangan peninggalan ayahnya yang baru bisa ia kenakan sekarang, ia mengelus lembut benda mati itu. Lalu seketika merinding ketika mengingat penyebab jam ini rusak.
Drt! Ponselnya bergetar dan menampakkan notif pesan dari seseorang bernama Sehun. Soojung menahan senyumnya dan membuka pesan itu.
"Astaga Jung Soojung jangan seperti orang gila," desahnya pelan.
