Prolog

7.1K 526 3
                                    

Suara dengungan serta raungan bisikan membangunkan sang raga dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara dengungan serta raungan bisikan membangunkan sang raga dari tidurnya. Mata mengerjap beberapa kali hingga ia bangun seutuhnya, merasakan rasa perih luar biasa pada tubuhnya.

Ia memegangi kepalanya yang berdenyut dan terbelalak setelah melihat adanya darah yang tercetak pada tangan tersebut. Ia bangkit untuk berdiri dan setelah mengumpulkan kesadaran, ia mulai berpendar pada keadaan sekitar.

Suram.

Itu kata yang terpikirkan olehnya.

Angin yang berhembus dengan ritme yang pelan namun berat mendatangkan hawa dingin bagi siapapun yang berada pada tempat ini.

Langit kelabu yang tertutupi oleh gumpalan hitam seperti akan hujan namun airnya tidak pernah mencapai tanah.

Tanah hitam yang terlalu kasar dan kering untuk ditumbuhi oleh berbagai tanaman, menyapa kakinya yang telah berusaha untuk tegak seutuhnya.

Raga itu mulai melangkahkan kakinya. Namun saat baru satu kaki yang berpindah, ia dapat merasakan bahwa kakinya tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Ternyata, kaki tersebut terkilir.

Ia mulai berjalan gontai, dengan tatapan menganalisa namun tetap kosong.

Tak lama, kabut hitam mulai menyelubungi tempat tersebut. Semakin pekat. Semakin ia tidak bisa melihat pemandangan di depannya.

Suara bisikan kembali terdengar dan ia semakin yakin, suara yang membangunkannya tadi benar benar ada. Bisikan tersebut semakin jelas tertangkap oleh telinganya.

Balas dendam

Aku menginginkan balas dendam

Aku marah

Aku benci

Aku ingin menghabisi semua orang

"Kenapa kalian menginginkan balas dendam? " ujar raga tersebut.

Siapakah namamu wahai pemuda?

Raga tersebut kembali berucap,"Wei WuXian. Wei Ying."

Dari mana asalmu?

Deg.

Seakan ditimpa air dingin yang besar, raga itu, Wei Wuxian menjadi kaku. Ia tadi mengucapkan namanya dengan jelas. Tapi kenapa ia tidak bisa menjawab pertanyaan barusan dengan yakin.

Ia tidak tahu.

Wei WuXian tidak tahu.

"Aku... Tidak tahu." ucap Wei WuXian dengan nada terheran.

Kau tidak tahu?

Hening.

Suara tersebut kembali terdengar.

Ini adalah rumahmu, sayang.

"Rumah?" balas Wei WuXian dengan penasaran.

Iya.

Tempat ini adalah rumahmu.

Kami adalah kerabatmu.

Dan pemandangan yang kau lihat sekarang adalah lingkungan tempatmu.

Mengapa kau melupakannya, sayang?

"Kalian? Dimana kalian? " suara panik Wei WuXian terdengar.

Kami ada disekelilingmu. Rasakanlah kami.

Kabut ini.

"Kabut ini? Kalian adalah kabut ini? " rasa penasaran menghampiri Wei Wuxian.

Iya sayang. Kami adalah kerabatmu.

Wei WuXian melebarkan bola matanya. Terkejut. Ia kembali memejamkan matanya, merasakan dunianya, tempat ia berpijak sekarang. Merasakan hawa dingin tersebut, merasakan tanah tersebut.

Bagaimana?

"Entahlah. Aku tidak tahu apapun. Tolong jelaskan apapun padaku tentang rumahku ini. Sepertinya aku tidak mengingat apapun, tentang rumahku ini, tentang kalian kerabatku ini, tentang lingkungan dimana aku hidup ini." ujar Wei WuXian dengan rasa keingin-tahuan yang tinggi.

Baiklah,sayang. Kami akan menjelaskan padamu tempat seperti apa ini, siapa kami bagimu, dan siapa dirimu ini. Dengarkanlah dan resapi setiap kalimat kami dengan baik!

To Be Continued,


19 Juni 2020

Will You Remember Me? |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang