6 // Permainan Semesta

239 70 6
                                    

Pada lingkup semesta yang luas, segala hal kadang terasa di luar logika. Yang jauh bisa saja dipertemukan, tapi yang dekat, tidak pula menjadi jaminan untuk bisa dipersatukan. Nikmati saja semua proses dan permainan semesta, yang sesungguhnya kadang tak bisa dicerna oleh akal sehat manusia.

•••

Sepulang sekolah, Anneta bergegas pergi ke bioskop bersama Keenan. Ia sengaja ingin meluangkan waktu untuk bersenang-senang dengan sahabatnya. Sudah lama ia merindukan masa-masa seperti ini, bahkan ia telah menanti sejak kecil.

Setelah beberapa menit di perjalanan, mereka berdua masuk ke sebuah mal yang cukup terkenal di pusat kota. Anneta merasa bahagia bisa menghabiskan waktu sepanjang hari bersama Keenan. Sudah cukup kejadian tujuh tahun yang lalu memisahkannya dari Amar, ia tidak ingin hal itu terjadi lagi.

Ia percaya, bahwa sejauh apapun jarak yang mencoba untuk memisahkan dirinya dengan Amar, itu tidak akan pernah berhasil. Dugaannya selama bertahun-tahun pun benar, ia dulu berpikir bahwa pasti akan ada saatnya dimana ia bisa bertemu dengan Amar suatu saat nanti di masa depan, dan itu semua telah terjadi.

Kini Anneta telah menyaksikan bagaimana semesta menghadirkan kembali sosok Keenan untuknya. Seorang manusia yang sedang berusaha untuk menutupi identitas aslinya entah karena apa. Tapi tetap saja, perlakuan dan segala tindakannya selalu memperlihatkan sifat asli Amar.

Kini Keenan tak bisa lagi berbohong. Anneta hanya akan melihat, sejauh mana Keenan alias Amar, bisa menutupi identitas aslinya.

Mereka sampai di bioskop. Butuh waktu sekitar sepuluh menit sebelum film dimulai. Keenan pergi memesan dua buah popcorn terlebih dahulu.

"Nih, buat Ann." Keenan menyodorkan salah satu popcorn ke arah Anneta.

"Buat gue?" tanya Anneta memastikan.

"Ann suka popcorn, kan? Bukannya bener kalau Ann suka nyemil?" tanya Keenan.

Anneta kembali menyengir tak berdosa. Dasar Keenan! Jika ia ingin menyembunyikan identitasnya sebagai Amar, mengapa ia begitu terang-terangan untuk memperlihatkan sikap aslinya yang persis seperti Amar miliki?

"Loh, kenapa senyam-senyum sendiri?" tanya Keenan.

Anneta masih memperlihatkan senyum jahil di wajahnya, "Nggak apa. Tau aja deh kalo gue suka nyemil." Gadis itu meraih popcorn dari tangan Keenan.

"Gue kan punya banyak mata-mata, Ann." Cowok itu membalas senyuman jahil Anneta.

"Mata-mata gundulmu." Anneta terkekeh tak percaya.

Keenan mengacak-acak rambut Anneta gemas. Gadis itu terlihat tambah manis dengan senyum tawanya. Jujur saja, ia tidak bisa berbohong dengan perasaannya sendiri, apalagi tentang Anneta. Sepertinya, ada perasaan yang lebih dari hanya sebatas seorang teman dekat.

"Ya udah, ayo ke dalem," ajak Keenan.

Anneta mengangguk, "Ayo."

Mereka berdua segera beranjak dan saling berjalan beriringan. Anneta langsung meraih tangan Keenan dan menggandengnya. Keenan hanya terdiam canggung. Hatinya berdebar-debar sekarang. Seperti ada rasa gugup yang disimpannya. Anneta hanya tersenyum santai. Ia selalu merasa senang jika bisa menghabiskan waktunya dengan Keenan. Ralat sedikit, Amar.

☁☁☁

Satu setengah jam berlalu. Anneta dan Keenan sudah pergi meninggalkan gedung mal. Kedua remaja itu, sedang dalam perjalanan pulang.

Lintang Waktu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang