15 // Timbal Balik?

191 62 19
                                    

Setiap kali awan gelap datang dalam hidup, percayalah, cahaya terang matahari sudah menunggumu dari balik sana.

•••

Hari ini adalah jam pelajaran olahraga. Kebetulan jadwal olahraga kelas Anneta sama dengan jadwal olahraga kelas Keenan.

Anneta hanya duduk di pinggir lapangan, ia sudah meminta izin kepada guru yang mengajar karena tidak sanggup jika mengikuti pelajaran olahraga ini hingga akhir. Apalagi akibat penyakit anemia yang diidapnya, membuat gadis itu tidak boleh kelelahan.

Setelah beberapa jam, pelajaran olahraga selesai. Kedua kelas yang mendapat jadwal olahraga hari ini, diperbolehkan istirahat terlebih dahulu dibanding kelas lain. Keenan dan Zara mendekat ke arah Anneta, cowok itu memberikan minuman ke arahnya.

"Nih Ann, buat lo," ucap Keenan sambil tersenyum.

Zara duduk di sebelah Anneta, gadis itu mengibaskan tangannya ke arah wajah, tampaknya dia kelelahan mengikuti olahraga hari ini.

"Lo capek, Zar?" tanya Anneta.

Zara mengangguk, "Iya, Ann."

Keenan duduk di sebelah Anneta. Melihat hal itu, membuat Bara yang berada di ujung lapangan, menahan rasa cemburunya sendiri. Apa boleh ia musnahkan mahluk bernama Keenan itu? Tidak, itu tidak baik. Apa boleh ia menggantikan posisi Keenan selamanya? Ya, pasti bisa.

Bara membuang bola basket yang ada di tangannya asal. Cowok itu berjalan ke arah Anneta langsung.

Keenan menghela napasnya, dia memandang Anneta lama. Apa ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan rahasia sebenarnya?

"Ann," panggil Keenan.

"Iya?"

"Ada sesuatu yang perlu kita omongin."

"Ann, kita ke kantin aja," sela Bara yang datang tiba-tiba, dengan wajah datarnya. Cowok itu menatap Keenan dengan tatapan tajam dan tak suka. Walaupun begitu, Keenan tetap membalas tatapan tajamnya dengan senyuman.

Zara melongo, apa cowok di depannya ini benar-benar Bara? Sejak kapan Bara berubah menjadi seperti ini kepada Anneta? Sejak kapan Bara yang cuek mau mengajak Anneta pergi ke kantin?

"Mau nggak?" tanya Bara tak sabaran. "Ah, ayo!" Bara meraih tangan Anneta dan mengajaknya pergi sebelum mendengar balasan gadis itu. Yang penting, Anneta bisa sedikit menjauh dari Keenan.

Anneta menoleh ke arah Bara heran, "Baru aja tadi Keenan mau ngomong sesuatu ke gue," ucap Anneta.

Halah, paling mau nembak lo. Untung gue cepet datengnya, batin Bara dalam hati.

"Bukannya lo dari kecil udah sering ngomong sama dia? Nggak bosen apa?" tanya Bara kesal. Jujur saja, cowok itu sebenarnya tidak membenci Keenan. Hanya saja matanya selalu merasa panas melihat Anneta dekat dengannya.

"Tapi dia itu sahabat gue, Bar."

"Sahabat lo atau cinta pertama lo?" tanya Bara to the point.

Anneta terdiam sejenak, "Bara marah ya?" tanya Anneta.

Cowok itu menghembuskan napasnya, apa dia telah keterlaluan?

"Emangnya sahabat masa kecil lo itu istimewa banget?" tanya Bara langsung.

"Ya istimewa. Gue sempet pisah sama dia tujuh tahun, dan gue bener-bener merasa kehilangan."

Bara berdecak sebal. Rasa cemburunya semakin bergemuruh dalam hati. Untuk apa merasa kehilangan dengan Keenan? Mau bagaimanapun, sahabat cowok Anneta itu tidak ada istimewanya di mata Bara.

Lintang Waktu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang