7 // Sebuah Rasa?

228 70 16
                                    

Mencintai itu tidak jauh dari prinsip kehidupan. Kadang menyedihkan, kadang juga menyenangkan. Hingga rasa dalam hati itu muncul, maka rasa itu juga yang akan mengarahkanmu ke hati yang tepat.

•••

Jam istirahat akhirnya tiba, Anneta menatap Zara keheranan. Sahabatnya itu tak seceria biasanya dan seperti tengah memikirkan sesuatu. Anneta masih sibuk menatap Zara sembari memakan permen lolipop yang ada di tangannya. "Kenapa lo?"

Zara mendengus, "Gimana ya caranya gue bisa dapetin Keenan?"

Hening sejenak. Anneta terdiam ketika mendengar sebuah kalimat yang baru saja Zara ucapkan. Ia tidak tahu harus cemburu atau menyemangati Zara yang hendak mendapatkan hati Keenan. Anneta sendiri bingung, apakah ia memandang Keenan hanya sebatas sahabat masa kecil, ataukah ia memang memiliki perasaan lebih dari itu untuknya?

Anneta terkekeh, "Astaga, lo masih ngebet sama Keenan?"

"Ann, Keenan itu nggak bisa lepas dari kepala gue. Sekali dia masuk, udah langsung kekunci dan nggak bisa keluar dari otak gue ini. Kepikiran terus tau," ucap Zara ke Anneta terang-terangan.

Zara memang sungguh menginginkan Keenan. Entah rasa apa yang sekarang mendominasi hati Anneta sekarang. Ia menghela napas kemudian kembali memperlihatkan senyum kecil di wajahnya, "Keenan suka lo nggak?"

"Suka. Tapi sukanya nanti. Sekarang belum. Pokoknya gue harus bisa dapetin Keenan, titik." Zara kini memperjelas kalimatnya.

Anneta tertawa melihat kelakuan Zara. Gadis itu kini menepuk pundak sahabatnya, "Eh Zar, lo tau nggak?"

"Apa?" tanya Zara penasaran. Mata gadis itu mulai membulat seketika, "Lo pacaran sama Keenan?"

Anneta mendorong pundak Zara pelan, "Iishh.. Nggak."

"Trus apa dong?"

"Gue mau bilang, Keenan itu sahabat gue dari kecil."

Zara menaikkan sebelah alisnya kebingungan, "Lah, maksudnya gimana? Bukannya lo baru kenal Keenan di kantin waktu ini?"

Anneta menggeleng, "Nggak Zar, gue udah pernah kenal Keenan sebelumnya."

"Jadi? Jangan bilang lo mau jadian sama Keenan," ucap Zara yang mulai waswas dengan muka cemberutnya.

"Iishh Zara.. Jangan suudzon dulu napa."

"Ya wajarlah gue suudzon. Siapa tau lo CLBK," Zara menggidik bahunya.

"CLBK? Gue waktu kecil nggak pernah pacaran juga sama dia kali." Anneta memasukkan kembali permen lolipop ke dalam mulutnya.

"Ya, setau gue dari jaman SD, kalau ada cewek cowok sahabatan apalagi dari kecil, pasti salah satunya ada rasa saling suka," tutur Zara cemberut.

Anneta menghembuskan napasnya, "Santai aja, Zar."

"Lo beneran nih nggak ada rasa apa-apa sama Keenan?"

Anneta terdiam sejenak. Ia sendiri tidak tahu dengan perasaannya. Apakah ia suka Keenan atau tidak?

"Tuh kan! Lo diem aja. Artinya lo suka sama Keenan!" Zara memasang wajah cemberutnya.

"Lo tau nggak sih, Zar? Keenan itu sebenernya Amar."

"Siapa lagi itu?" tanya Zara.

Anneta bingung harus menjelaskan dari mana. Gadis itu menggaruk keningnya, "Jadi gini, dulu gue punya sahabat namanya Amar. Trus kita sempet pisah, habis itu..." Anneta menjelaskan secara rinci, membuat Zara mudah mengerti. Ia menerangkannya dari awal sampai akhir.

Lintang Waktu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang