Rahasia akan selamanya menjadi rahasia jika manusia tetap bisa menyembunyikannya. Tapi rasa dalam hati, tak akan mampu menyimpan sejuta rahasia dari diri sendiri.
•••
Suasana kelas menjadi hening. Semua murid di kelas 11 IPA 2 itu tengah fokus mengerjakan soal ulangan harian mereka. Ada beberapa yang serius mengerjakan, ada yang asal-asalan, bahkan ada juga yang tertidur saat ulangan karena sangat mengantuk.
Bara sibuk menghitung dengan teliti, ia tidak mau ada salah satu nomor saja pada ulangan harian keramatnya. Walaupun hanya tinggal dua nomor lagi, cowok itu tetap tak mau hilang fokus.
Dimas mencoba melempar sebuah kertas yang sudah diremas-remas menjadi bola ke Bara. Jika dulu ia dengan leluasa bisa bertanya, tapi sekarang tidak. Ada Anneta yang menghalangi dirinya dengan sumber kunci jawabannya itu. Tampaknya, Bara masih terlihat sangat fokus mengerjakan soal ulangan.
Setelah melihat ke sekeliling, Dimas langsung melempar remasan kertas tersebut. "Yah salah sasaran lagi!" gumam Dimas dengan suara yang sangat kecil ketika melihat kertasnya jatuh di tangan Anneta.
Anneta langsung menoleh, "Apa?" bisiknya tanpa mengeluarkan sedikit suara.
Dimas menunjuk-nunjuk Bara, seakan sedang memberi kode agar Anneta mau memanggilkan cowok itu. Anneta mengangguk, gadis itu mengerti apa yang dimaksud oleh Dimas. Tanpa basa-basi, Anneta menyenggol lengan Bara, berhasil membuat cowok itu kehilangan fokusnya.
Bara berdecak sebal. Ternyata Anneta bukan hanya mengganggunya di saat-saat santai saja, tapi ia juga masih menganggunya di saat penting seperti ini yang benar-benar membutuhkan ketelitian dan tingkat fokus yang tinggi.
Cowok itu memutar kedua bola matanya lalu menoleh ke arah Anneta. Raut muka datar dan menyebalkan kembali terpasang. Tapi pandangannya langsung teralih ke arah Dimas yang sedang melambaikan tangannya di belakang gadis itu. Sesekali Dimas juga melihat ke arah Bu Shinta agar tidak ketahuan melakukan bekerja sama.
Dimas memberi kode, cowok itu hanya memperagakan nomor dari gerak tangannya. Melihat hal itu, Bara sudah langsung tahu. Apalagi jika tidak meminta jawaban?
Bara memperlihatkan jari telunjuknya sebagai kode bahwa jawaban dari soal yang Dimas tanya adalah A. Mereka memang sering memakai jari sebagai kode disaat ulangan seperti ini.
"Eh!"
Setetes darah jatuh mengenai lembar jawaban milik Anneta. Bercak darah yang kini mulai bertambah, membuat Anneta langsung menutup hidungnya.
"Sial! Kenapa harus sekarang?" Anneta menutup cuping hidungnya rapat-rapat dan mengalihkan jalur pernapasannya lewat mulut. Gadis itu mengarahkan tubuhnya sedikit ke depan.
Menyadari hal itu, Bara dengan sigap menyingkirkan lembar jawaban Anneta, "Ann? Lo kenapa?"
Tangan Anneta mulai meraba di udara, "Tisu!"
Bara langsung panik. Cowok itu mengambil beberapa tisu yang memang sengaja ia letakkan di kolong bangku untuk berjaga-jaga selama ini.
"Nih!" Bara memberikan lima lembar tisu ke Anneta langsung.
Pelan-pelan Anneta melepas tangan yang menjepit hidungnya. Ia pikir bahwa darah itu telah berhenti keluar, tapi ternyata tidak. Ia dapat melihat sekaligus merasakan cairan merah kental yang langsung terjun bebas ketika ia melepas tangan dari hidungnya.
"Ya Tuhan!" Anneta melihat darahnya mengalir semakin banyak bak air terjun.
"Ann... Lo kenapa?" tanya Bara sedikit panik ketika melihat darah yang sudah semakin bertambah banyak. Apalagi melihat tangan Anneta yang sekarang bersimbah darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintang Waktu ✔
Romance[COMPLETED] Semenjak perceraian kedua orangtuanya, hidup Anneta berubah. Apalagi ia harus meninggalkan sahabat masa kecilnya. Dia Amar, cowok yang selalu ada menemani Anneta untuk tetap bertahan kuat menghadapi segala kekacauan akibat pertengkaran k...