Epilog

558 71 149
                                    

Bara masih mengamuk. Cowok itu ingin melampiaskan segala amarahnya. Luka batin yang terpendam seperti membunuhnya secara perlahan. Derai air mata itu tak bisa berhenti menetes.

Bruughhh...

Sebuah pukulan dari Bara berhasil membuat Geon terjatuh. Geon sekuat mungkin menahan serangan yang Bara hendak berikan lagi. "Bar, berhenti!" teriak Geon.

Bara meneteskan air matanya, "Bangsat lo! Gue udah pernah kehilangan dia dulu, dan sekarang lo bikin dia pergi dari gue selamanya. Lo nggak punya hati, hah?!"

"Bar... Lo bisa bangunin orang-orang. Ini udah tengah malem," ujar Geon sedikit gemetar.

"Gue nggak peduli!"

"Lo sendiri ke mana tadi, hah?! Ini semua juga salah lo!" teriak Geon.

Bruuugghhh... Braagghhh... Bruugghhh

Pukulan demi pukulan telah Bara berikan. Ia tak bisa berhenti meneteskan air matanya. Belati tajam sedang menusuk dadanya berulang kali. Bayangan Anneta selalu melintas kemudian hilang dalam angan-angan. "Lo selama ini punya masalah sama gue, kan? Kenapa lo isi bawa orang lain dalem masalah kita, hah?! Lo juga suka kan sama Anneta? Kalau lo suka, kenapa lo bunuh dia?!"

Bruugghh...

"Gue emang pernah suka sama Anneta. Tapi karena gue tau dia suka sama lo, gue tau diri dan gue berhenti," balas Geon.

"Trus lo bunuh dia biar gue nggak pernah bisa punya dia, gitu?! Dasar cowok bajingan!" Bara memukul rahang Geon lalu menarik kerah lehernya. Emosi Bara semakin menggebu-gebu. Sudah sedari tadi rasa sakit di dadanya tak kunjung menghilang. Dunianya benar-benar sangat hancur saat ini.

"Tega banget lo!!" teriak Bara emosi. "Ann meninggal gara-gara lo, dan lo nggak merasa bersalah. Dasar brengsek!"

"Bar, ampun. Gue minta maaf," ucap Geon.

"Ann udah meninggal, dan sekarang lo minta maaf?! Rugi! Ucapan maaf lo nggak bakal bisa ngubah apa-apa! Emangnya lo bisa balikin Ann lagi? Nggak, kan?! Brengsek lo!" Bara ingin memukul Geon sekali lagi, tapi jiwanya tak mampu menahan rasa sakit yang mengusik batin. Cowok itu mengepal salah satu tangannya erat, dan yang satu lagi melepas kerah leher Geon.

Hanya air mata yang jatuh. Kedua pundak Bara seperti bergetar hebat. "ANN!!" teriak Bara kemudian menangis sejadi-jadinya.

Kaki yang menopang tubuh berderak dalam rasa sakit yang mematikan. Bara tak mampu menahan rasa sakit yang luar biasa hebatnya. Cowok itu terjatuh tak berdaya untuk bangkit kembali. Kakinya tak sanggup menahan bobot tubuh yang sedang bergetar. Air mata jatuh membanjiri pipi. Tangisan keras terdengar mengisi setiap sudut ruangan sebagai tanda bahwa dirinya benar-benar telah hancur.

Sayapnya seperti patah dalam luka yang menganga lebar. Kenyataan pahit ini mendorong tubuhnya jatuh ke pusaran lubang hitam yang membuatnya hancur tak bersisa. Segala harapan telah pupus. Hatinya diremukkan secara paksa. Jiwanya telah melayang entah ke mana. Hanya rasa sakit yang ada dalam dirinya.

Bara mengepal tangan kuat, berbagai jeritan ia tahan. Cowok itu memejamkan matanya erat-erat, membiarkan seluruh air mata jatuh dari setiap celah.

"Bara..."

Suara lembut Anneta masih dapat ia dengar dalam pikiran kacaunya. Penderitaan ini telah membunuh segala kinerja saraf-saraf otak, membuatnya tak dapat berpikir jernih. Nyeri yang teramat menusuk hingga ke sumsum, membuatnya seakan lupa bagaimana cara bernapas yang baik dan benar. Bara tak mampu menahan getaran hebat dalam dirinya.

"Bara..."

Bara mengepal tangannya erat ketika suara Anneta tak bisa lepas dan selalu terngiang di kepalanya. Cowok itu masih memejamkan mata, wajah dan suara Anneta terus menempel seperti tak dapat dilepaskan. Bara menangis, hatinya seperti teremas-remas. Suara lembut Anneta selalu terdengar, ia tak sanggup menghadapi ini semua.

Lintang Waktu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang