3 // Nyaman

252 69 9
                                    

Di kala mulut sudah tak mampu lagi untuk mengungkapkan kesedihan lewat kata-kata. Maka biarkanlah hati yang berbicara.

•••

"Hai Mi!" sapa Anneta sembari masuk ke dalam rumah.

"Ann, udah pulang?" tanya Ariel menyambut putrinya yang sudah pulang dari sekolah.

Anneta yang semula menyandang tas dengan sebelah tangan, langsung melepaskannya. "Udah," jawab Anneta.

"Gimana hari pertama di sekolah barunya? Asik? Atau mungkin nyebelin?" tanya perempuan paruh baya itu sambil membawa beberapa piring masakan di tangannya. Ariel, ia adalah seorang chef ternama sekarang. Biasanya ia selalu saja mendapat undangan untuk pertunjukan masak di berbagai acara TV. Tidak salah jika dia bisa memasak berbagai macam makanan untuk putrinya. Dari hidangan ringan hingga masakan megah ala makanan sultan pun, dapat ia buat.

Perempuan paruh baya itu meletakkan semua hidangan masakan di atas meja. Ariel tahu, pasti putrinya sedang lapar saat ini. "Nih, Mami masakin makanan spesial buat kamu."

"Iya, tau deh yang pinter masak," ujar Anneta sembari tertawa menggoda.

Gadis itu duduk di meja makan, ia memilih untuk tidak melepas seragamnya terlebih dahulu. Rasa lapar yang sekarang sudah memberontak dalam perutnya, benar-benar tak tertahankan. Apalagi ketika hidung mungilnya itu mencium bau menggoda dari masakan yang dibuat oleh Ariel. Rasanya ingin sekali cepat-cepat mendapat asupan makanan.

Ariel menghela napasnya, "Astaga Ann, itu bajunya diganti dulu, atau mandi sana biar wangi! Baru makan," ucap Ariel langsung.

"Biarin aja Mi, laper."

"Ntar kalau bajunya kena, Mami nggak ikut-ikut." Perempuan paruh baya itu menggidik bahunya. "Pasti itu seragamnya bau deh habis sekolah seharian. Coba cium dari sana, Mami aja wangi kok. Masa anak remaja kayak kamu nggak wangi? Kasian cantik kalau bau. Gimana mau dapet cowok?"

"Ish Mami! Bawel deh!" jawab Anneta sebal.

"Loh, kok Mami yang bawel?"

Anneta menghela napas keras. Dia tahu bahwa ucapan Ibunya tadi merupakan sindiran sekaligus kode untuk menyuruhnya mandi. Gadis itu segera beranjak dari meja makan lalu pergi mandi dan mengganti baju.

Lima belas menit berlalu, Anneta kembali ke ruang makan dengan tubuh yang lebih segar. Gadis itu duduk lalu mengambil makanan yang sudah disiapkan sedari tadi.

"Oh iya, Ann belum cerita tadi," ucap Ariel langsung.

"Lah, kan Mami nyuruh Ann buat mandi. Gimana mau cerita?" jawab Anneta langsung.

"Iya iya. Sekarang kan udah selesai mandi, coba cerita. Gimana sekolah barunya? Seru?" tanya Ariel kepada Anneta.

Anneta mengangguk, "Hmm." Diambilnya beberapa sendok nasi, kemudian menaruhnya di piring. "Banyak temen baru, dan sekolahnya juga keren."

Perempuan paruh baya itu tersenyum, ia sangat lega mendengar jawaban putrinya. "Temen-temen kamu baik semua, kan?"

Anneta mengangguk semangat, "Iyaps! Kalau keseluruhan, semuanya baik sama Ann. Tapi," ucap Anneta yang tangannya tiba-tiba berhenti mengambil lauk di meja makan, "ada satu orang yang aneh banget di sekolah. Ganteng sih sebenernya, tapi susah banget diajak ngobrol, dingin, trus misterius gitu. Aneh deh, baru pertama kali Ann liat orang freak kayak dia."

Perempuan paruh baya itu menaikkan sebelah alisnya, "Maksudnya? Aneh gimana? Siapa emang?" tanya Ariel seraya memasukan sesendok nasi ke dalam mulut.

Lintang Waktu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang