19 // Love Or Be Loved?

206 59 32
                                    

Lebih indah mencintai atau dicintai? Keduanya sama saja, tidak ada yang lebih ataupun kurang. Tapi hal yang paling indah itu adalah saling mencintai.

•••

Suasana kelas 11 IPA 2 hening ketika mendengarkan penjelasan Pak Budi. Walaupun mereka sebenarnya tidak mengerti alur penjelasan itu, mereka tetap saja berpura-pura mengerti agar Pak Budi tidak mengulang terus pelajaran matematika membosankan itu.

"Kalian diem-diem bae, ngerti nggak sih sama penjelasannya Bapak?" tanya Pak Budi. Guru berkumis tebal itu memicingkan matanya, menyapu pandangan ke segala penjuru kelas di mana muridnya hanya manggut-manggut saja. Sungguh membosankan!

Pak Budi menarik senyumnya, "Ya udah, kalau kalian semua udah ngerti, Bapak kasih tugas aja sebelum bel. Kerjakan buku paket halaman 325, dan kerjakan juga caranya. Bapak mau tidur dulu ya, anak-anak... Bapak ngantuk." Pak Budi nyengir kemudian berjalan menuju mejanya.

Seluruh siswa hanya bisa menganga sambil geleng-geleng. Bagaimana bisa guru itu dengan begitu entengnya memberi tugas kemudian ditinggal tidur? Apa Pak Budi telah benar-benar diangkat menjadi seorang guru oleh pemerintah? Sungguh tak dapat dipercaya.

"Ini pemerintahnya apa nggak salah ngangkat guru?" gerutu Zara sendiri.

"Ini baru namanya guru tiada akhlak. Masa mau tidur di kelas, minta izin dulu?" ucap Angga sembari geleng-geleng.

"Eh lo salah," ujar Dimas tiba-tiba dari belakang, membuat Angga membalikkan tubuhnya.

"Kok salah?"

"Itu namanya punya akhlak. Buktinya dia minta izin yang sopan sebelum tidur," balas Dimas langsung.

"Loh, mana ada guru yang tidur di sekolah bego!" ujar Angga.

"Ada. Itu di depan buktinya. Udah ngorok lagi." Dimas nyengir.

"Eh, Di... Gimana kalau kita cukur kumisnya diem-diem? Geli gue liatnya."

Dimas dan Angga langsung tertawa tak berdosa. Dimas mengangguk, "Sekalian kita masukin kertas ke mulutnya. Biar nggak mangap, bisa-bisa gigi palsunya copot tuh."

Dimas dan Angga kembali tertawa. Zara berdecak sebal mendengar ocehan dua pemuda itu. "Kalian kerjain aja tugasnya, napa? Ribut tau!"

"Gue mah ogah. Daripada ngerjain tugas, mending gue tidur juga kayak Bapaknya. Asik tuh." Dimas nyengir kemudian menyenderkan punggungnya ke kursi.

"Mana boleh, Kuda Nil!" seru Zara.

"Kenapa nggak boleh? Sudah menjadi tugas seorang murid yang baik untuk meniru tingkah gurunya. Ya, gue sebagai murid yang baik, tidak mau kehilangan jejak Pak Budi," ucap Dimas mulai berdramatisir. Cowok itu menaruh tangannya di belakang kepala dengan santai, kemudian mulai memejamkan matanya. Zara hanya bisa menggelengkan kepalanya samar. Entah kenapa dia harus duduk dengan mahluk luar angkasa seperti Dimas.

Di sisi lain, Bara tampak serius mengerjakan soal-soal pada buku paket. Sepertinya ia selalu merasa nyaman jika dihadapkan oleh soal-soal berbau angka, sedangkan perempuan yang di sebelahnya, hanya sibuk memperhatikan.

"Abang Bara...," panggil Anneta ke Bara.

"Hm?" tanya Bara.

"Ajarin dong, Ann nggak ngerti," ucap Anneta langsung.

Bara menaikkan alisnya, "Beneran nggak ngerti?"

Anneta mengangguk, "Iya. Masa boong?"

"Biasanya lo jago, kan?" tembak Bara.

Lintang Waktu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang