16 // Pelukanmu

200 64 27
                                    

Jika seseorang tak sanggup menahan air matanya yang penuh duka, maka tugas kita sebagai manusia adalah menggenggam erat tangan itu, lalu menjadi pendengar yang baik.

•••

Bara merebahkan diri di kasurnya, melihat ke langit-langit kamar sejenak. Tak lama kemudian cowok itu duduk dan langsung meraih laptopnya. Ia membuka browser, kemudian mulai mengetikkan sesuatu di kotak search.

Cara mengungkapkan perasaan kepada perempuan agar tidak gugup.

Bara menghela napasnya melihat begitu banyak artikel yang membahas soal itu. Apa ia harus baca satu per satu?

"Hei Ikan Paus terdampar! Turun makan!" teriak Laras dari bawah.

Bara berdecak, "Ck! Dasar kakak sialan! Baru juga mau searching," gumamnya. Bara meletakkan laptop itu di meja kemudian turun dengan raut muka menyebalkan.

Semua orang telah berada di meja makan. Bara berjalan, meraih salah satu kursi kemudian duduk di sana.

"Pa, tau nggak? Waktu ini Bara ngajak temen-temennya ke rumah, tau!" ucap Laras terang-terangan.

"Bener?" tanya Dharma menanggapi. Bara memberikan tatapan tak suka kepada kakaknya, sedangkan yang diberikan tatapan tajam hanya tertawa tak berdosa.

"Bener, Pa. Tapi nggak usah khawatir, temen-temennya Bara baik semua," balas Bara.

"Oh iya, tau nggak Pa?" tanya Laras.

"Apa lagi?"

"Temen-temennya Bara cewek semua. Trus katanya bikin tugas kelompok di kamar, tapi sampai malem. Laras curiga deh, Pa. Ngapain ya kira-kira?" ucap Laras membelokkan fakta.

"Eh Babi Hutan! Diem lo!" ujar Bara kesal. Ingin sekali cowok itu melemparnya dengan piring, tapi tetap ia urungkan niat itu. Benar-benar menyebalkan! Laras tertawa puas mengerjai adiknya, apalagi melihat raut muka Bara yang mulai memerah menahan rasa kesalnya itu.

"Bener, Bar?!" Kini Angel—sang Ibu berbicara dengan ekspresi terkejut.

Bara menggeleng cepat, "Nggak! Nggak Ma. Jangan percaya sama manusia di depan Bara ini."

"Tuh kan Ma, dia gugup. Percaya deh sama Laras." Gadis itu mulai memakan sesendok nasi.

"Iihh pengen gue lempar lo pakai piring," ucap Bara kesal.

"Laras...," ucap pria paruh baya itu sembari melirik putrinya. "Adikmu jangan digituin terus."

Laras tertawa tak berdosa, sedangkan Bara masih memperlihatkan tatapan kesalnya. "Asal ngomong lo!" ujar Bara sebal.

"Sejak kapan lo ngomong lebih kayak gini? Biasanya kalau gue ejek, diem mulu lo," kata Laras seraya memakan nasi di sendoknya.

"Oh iya, bener juga ya? Sejak kapan Bara kayak gini?" tanya Dharma kembali.

"Sejak dia punya cewek, Pa!" jawab Laras asal.

"Bener? Bara udah punya cewek?"

"Hm," balas Bara berdehem dengan singkat, padat dan jelas.

Uhukk.. Uhukk

Laras langsung tersedak, gadis itu meraih minuman di meja makannya. Dia terkejut dengan jawaban Bara, padahal niat awalnya hanya ingin menggodanya.

"Bener?" tanya Angel kaget.

Bara hanya mengangguk. Dia melihat raut muka keluarganya yang kaget bukan main. Entah ada apa dengan mereka. Apa salah jika Bara menyukai seorang perempuan?

Lintang Waktu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang