11 // Different Side

197 65 11
                                    

Banyak orang bilang, jangan pernah pandang sesuatu hanya dari tampak luarnya saja. Tapi nyatanya, tak sedikit dari orang-orang di permukaan bumi ini, yang masih menilai suatu hal dari sisi luarnya saja. Tanpa mereka ketahui terlebih dahulu, apa yang ada dalam hal tersebut.

•••

Bara. Cowok tampan dengan rambutnya yang dikesampingkan itu berjalan melewati koridor sekolah. Tas hitamnya ia sandangkan sebelah tangan dan matanya tetap menyapu ke segala arah dengan tatapan dingin.

Ya ... tatapan dingin yang membuat semua orang langsung menjauhkan jarak dari Bara. Walaupun tak dapat dipungkiri bahwa Bara adalah cowok paling tampan di sekolah itu, tapi tetap saja mereka menjauhinya. Sikap Bara yang dingin, aneh dengan tatapan matanya yang tajam selalu menjadi alasan kenapa ia dijauhi.

"Awas, patung bergerak lewat!" bisik salah satu siswa.

Bara mendengus. Cowok itu membuang napasnya keras-keras, dan tetap berjalan melewati mereka begitu saja. Mereka bisa bergosip sepuasnya, berbicara di belakang, tanpa ada satu pun diantara mereka yang mengetahui bahwa Bara sebenarnya tidak tuli.

"Hai!" Tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di pundaknya. Cowok itu menoleh, melihat Anneta yang sekarang berdiri sembari menampilkan senyum di wajahnya. "Selamat pagi, Abang Bara!"

Bara melihat ke sekeliling, dapat ia lihat semua orang menjadikan mereka sebagai pusat pandangan. Bukan hanya para siswi yang tidak suka, banyak kaum lelaki juga menampilkan raut muka kusut lantaran tidak suka melihat kedekatan Anneta dengan Bara.

"Ann, jangan deket-deket sama Bara. Ntar ketularan anehnya loh," ujar salah satu siswa.

Mendengar hal itu langsung membuat Anneta menoleh ke sumber suara. Bagaimana tidak? Berani-beraninya cowok itu mengejek pangeran tampan di sebelahnya.

"Bara nggak aneh!" sahut Anneta membela.

Seluruh murid di koridor itu, sontak terkejut mendengar pembelaan Anneta. Ajaib! Benar-benar keajaiban dunia yang kedelapan! Bagaimana bisa Anneta membela orang seperti Bara? Bagaimana bisa Anneta nyaman bersama orang yang sama sekali tak pernah memperlihatkan senyum di wajahnya?

"Ann, lo nggak perlu belain Bara," ujar salah satu siswa.

"Iya bener, Bara itu mahluk aneh yang lahir ke bumi!" cetus salah satu siswi.

Emosi Anneta bergelonjak seketika. Rasanya ia tidak terima mendengar sekaligus melihat Bara yang dibicarakan seperti itu.

"Jangan mau deket-deket sama anak nggak normal!" ucap salah satu siswi.

"Bener, Ann. Bara itu kan tuli! Selain itu dia juga aneh, dingin, wajah datar udah kayak jalan tol!" Siswa lainnya mulai berbicara.

Anneta menggeram kesal, "BARA ITU NGGAK TUL...."

Bara mencengkeram pergelangan Anneta kuat, sangat kuat. Seakan memberi kode agar Anneta tidak mengucapkan hal itu kepada siswa-siswi yang lain. Tanpa berbasa-basi, cowok itu langsung menarik tangan Anneta, mengajaknya masuk ke dalam kelas dengan cepat.

"Bar, kenapa sih?"

Bara melihat ke sekeliling, keadaan kelas sedang tidak terlalu ramai. Cowok itu berbicara dengan suara berbisik ke arah Anneta. "Lo nggak usah bilang-bilang ke orang lain kalau gue bisa denger."

"Tap... Tapi mereka bakal selalu ngehina lo kayak gitu."

"Biarin aja!" tegas Bara dengan volume suara kecil agar teman-temannya yang berada dalam kelas, tak dapat mendengar ucapannya.

Lintang Waktu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang