17 // Hal Tak Terduga

224 64 43
                                    

Hati selalu mengetahui tempat yang tepat untuk disinggahi. Dengarkan, kemudian ikutilah kata hatimu.

•••

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, Bara mengajak Anneta pergi ke sebuah gedung. Cowok itu masih setia menggandeng Anneta di sebelahnya. "Gue mau liatin sesuatu sama lo."

Anneta hanya tersenyum, dia membiarkan tangannya terus digenggam oleh Bara yang hendak dibawa entah kemana. Mereka masuk ke dalam lift kemudian Bara memencet lantai paling atas.

"Kita mau ngapain?" tanya Anneta.

"Ikut aja, lo percaya kan sama gue?" Bara berkata pelan dan lembut.

Anneta mengangguk, "Gue percaya sama lo, Bar."

Pintu lift terbuka. Bara mengajak Anneta menaiki sebuah tangga yang berada dalam ruangan itu hingga sampai pada rooftop gedung.

Anneta membuka matanya lebar, melihat pemandangan indah dari rumah-rumah kecil yang terang oleh lampu di bawah sana. Desiran angin menerpa wajahnya. Semua tampak indah dari atas.

"Lo suka, kan?" tanya Bara.

"Iya, bagus."

Bara tersenyum sendiri ketika melihat Anneta yang begitu sempurna di matanya. Mereka duduk di rooftop sembari menikmati suasana saat ini. Anneta tersenyum, kemudian gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Bara.

Bara terdiam. Dia tidak pernah sedekat ini dengan perempuan sebelumnya. Jadi ini rasanya dekat dengan Anneta? Terasa nyaman dan menyenangkan.

"Bara, apa boleh kita sedeket ini untuk selamanya?" tanya Anneta tiba-tiba.

"Kenapa nggak?"

"Bara, gue suka sama lo, tapi sayangnya gue nggak bisa miliki lo." Anneta berucap pelan.

"Mak... Maksud lo?"

"Gue tau lo nggak suka sama gue. Mungkin lo ngelakuin ini biar gue nggak sedih," ujar Anneta.

Hening seketika. Bara menghela napasnya yang terasa sesak ketika mendengar ucapan Anneta itu. "Jadi itu doang?"

Anneta tersenyum, "Bukan."

"Trus?"

"Gue sakit, Bar," balas Anneta pelan.

"Anemia? Gue nggak mempermasalahin hal itu."

Anneta tersenyum, "Cowok baik kayak lo pantesnya sama cewek yang lebih baik dari gue. Yang lebih sehat, lebih cantik dan..."

"Gue bahagianya sama lo, Ann."

Anneta terdiam seketika. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat ketika mendengar balasan Bara tadi. Tidak pernah tebersit di benaknya Bara akan mengatakan hal itu.

Bara menghela napasnya, "Gue sayang sama lo."

Anneta melotot kaget. Sepertinya ia lupa cara bernapas dengan benar sekarang. Apa yang Bara katakan barusan? Dia mencintainya? Tidak, ini pasti salah dengar. "Ap... Apa?"

"Gue yakin lo denger tadi," balas Bara enteng.

Anneta tersenyum malu, gadis itu merasa sangat bahagia sekarang. Bara merangkulnya sebelah tangan, memberikan kenyamanan yang tak ada bandingannya. Mereka tersenyum lega sambil melihat langit-langit yang sudah mulai berganti menjadi malam.

☁☁☁

Anneta tersenyum sendiri di dalam kamarnya. Hari ini rasanya sangat indah. Apalagi bisa menghabiskan waktu bersama Bara sampai malam seperti ini. Bara kini telah berubah menjadi sosok hangat yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Mengingat hal ini saja, sudah mampu membuat Anneta tak bisa tidur.

Lintang Waktu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang