Belajarlah untuk selalu menghargai seseorang layaknya kamu menghargai dirimu sendiri.
•••
Mencium katanya? Apa Bara tidak salah dengar? Padahal gadis itu baru saja selesai menangis, dan sekarang begitu cepatnya dia tertawa ketika menyadari sesuatu. Bahkan hal itu sama sekali di luar nalar Bara.
"Lo suka cari kesempatan di balik kesempitan, ah! Masa gue nangis, lo gunain buat cium bibir gue secara nggak langsung?" Anneta menutup botol itu rapat-rapat.
"Ya elah, itu bekas minum doang, Anneta Davishya..." Bara menggelengkan kepalanya.
"Kenapa nggak bilang ini bekas lo? Kan sama aja, karena di sini ada bekas lo, jadinya secara nggak sengaja kita saling ciuman, tapi lewat botol. "
Bara terkekeh, "Jadi maksud lo gimana? Mau dicium secara langsung?"
Anneta melebarkan matanya kaget, gadis itu langsung memukul lengan cowok di sebelahnya berkali-kali. "Iihh Bara! Kok lo bisa-bisa nya sih?"
Bara tertawa, "Bercanda, Ann... Ya keles gue kayak gitu, kayak nggak ada moral banget. Yang jelas gue puas bikin lo kesel. Mukanya langsung berubah jadi unyu-unyu gimana gitu."
"Perasaan dulu Amar nggak kayak gini nakalnya, deh." Anneta melipat tangannya di depan dada.
"Amar udah tumbuh jadi anak gede. Dia udah banyak berubah, Ann," balas Bara dengan entengnya.
Anneta tertawa kecil, "Makin gede kok makin nggak bener?"
"Emangnya gue ngelakuin kejahatan apa? Gue normal-normal aja kok. Gue cium lo aja belum, kok udah dibilang nggak bener?"
Hening seketika. Jantung gadis itu berdebar tak menentu mendengar balasan Bara. Apa maksud cowok itu? Kenapa bisa sangat ambigu? Anneta tidak mengerti.
"Jadi?" tanya Anneta seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Jadi, kita cari tempat makan lain. Gue laper," balas Bara mengalihkan topik. Cowok itu menghidupkan gas mobilnya, "Oke, let's go!"
☁☁☁
Pukul enam pagi, matahari masih enggan menyinari bumi. Awan-awan bertebaran di langit layaknya lautan kapas. Sekolah masih tampak sepi, Anneta sebisa mungkin datang ke sekolah satu jam sebelum bel masuk berdering.
Anneta menyandang tasnya lalu berjalan menyusuri koridor sekolah. Gadis itu menaikkan kedua sudut bibirnya. Pandangannya tertuju pada tanaman-tanaman yang tampak segar dengan buliran embun di daunnya.
"Ann," panggil seorang lelaki.
Anneta membalikkan tubuhnya, gadis itu melihat ke arah seorang cowok yang berdiri tak jauh di belakang. Anneta merasa tidak asing dengan cowok itu, ia berusaha mengingat-ingat. "Geon?" gumam Anneta.
Cowok itu datang menghampiri, "Kita boleh ngomong sebentar?" tanya Geon.
Anneta sempat terdiam sejenak. Bukankah cowok itu pernah bertengkar dengan Bara sebelumnya? Untuk apa dia ingin berbicara sekarang? Entahlah, Anneta tidak mengerti. Dia pun mengangguk.
"Kita ngomong di tempat yang lebih sepi, mau?" tanya cowok itu.
Anneta menaikkan sebelah alisnya kebingungan, "Kenapa? Di sini udah sepi kok. Mau ngomong apa?" tembak Anneta langsung.
"Gue denger gosip akhir-akhir ini, lo beneran suka sama Bara?" tanya Geon.
"Emangnya kenapa? Ada masalah?" tanya Anneta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintang Waktu ✔
Romance[COMPLETED] Semenjak perceraian kedua orangtuanya, hidup Anneta berubah. Apalagi ia harus meninggalkan sahabat masa kecilnya. Dia Amar, cowok yang selalu ada menemani Anneta untuk tetap bertahan kuat menghadapi segala kekacauan akibat pertengkaran k...