0.9

181 38 8
                                    

Kyung Won tersentak kaget ketika pintu kamarnya terbanting begitu saja. Diikuti dengan debuman keras yang berasal dari pintu apartemennya. Pria itu, Moon Junhui, ia bahkan tidak berkutik atau tergerak untuk membalas Kyung Won ketika ia menamparnya. Namun, ketika Kyung Won mengungkit soal Ae Ra, Jun terlihat berbeda. Tatapannya pada Kyung Won terlihat dingin dan bengis. Seakan-akan siap membunuh Kyung Won bila satu kali lagi saja mencela Ae Ra.

Sepenting itukah eksistensi Ae Ra bagi Jun? Tetapi, mengapa? Baiklah, Kyung Won paham bila ada suatu perasaan lebih yang dirasakan Jun pada Ae Ra. Kyung Won hanya terkejut. Tidak pernah dalam seumur hidupnya menyangka bahwa Jun dapat marah. Bukan, Kyung Won bukannya tidak memaklumi kemarahan pria itu. Lagi-lagi ia nyatakan bahwa ia hanya terkejut.

"Minta maaf?"

Kyung Won menggelengkan kepalanya. "Nah, i stated facts only."

***

Hari sudah berganti. Namun, perasaan tidak nyaman itu senantiasa bersarang menghantui hari-hari Kyung Won. Di dalam kamar tidurnya, Kyung Won mengacak-acak rambutnya kasar. Menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Kemarin, ia pikir kegelisahannya hanya akan bertahan satu hari. Nyatanya, sampai detik ini tatapan dingin Jun masih terbayang-bayang di dalam benaknya. Kyung Won menghela napas pelan. Sepersekian detik kemudian, atensinya tertuju pada tumpukan pakaian miliknya dan Hera, yang baru saja selesai di laundry. Kyung Won meraih tumpukan pakaian itu, menemukan sweater kebesaran dan training abu-abu, serta handuk milik Jun yang sudah terlipat rapi.

Kyung Won menatap pakaian milik Jun yang ada padanya dengan penuh keraguan. Kemudian, menggelengkan kepalanya berkali-kali. Akan terlihat sangat konyol bila menggunakkan alasan 'ingin mengembalikan pakaianmu' untuk memastikan bahwa Jun tidak benar-benar marah padanya, bukan? Lagipula, untuk apa pula Kyung Won peduli. Ia hanya masih memiliki sisi kemanusiaan di dalam dirinya. Juga kesadaran bahwa ucapannya keterlaluan.

Tidak ada sangkut paut sedikitpun dengan Moon Junhui. Maupun kekhawatiran bahwa pria itu akan membencinya. Ya, tidak ada. Ini semua murni karena rasa kemanusiaannya. Maka itu, saat ini, Kyung Won memasukkan pakaian milik Jun ke dalam sebuah paper-bag. Lalu, meraih kunci kendaraan pribadi miliknya, dan menuju penthouse yang menjadi kediaman pria itu.

Sekali lagi, ini semata-mata hanya karena rasa kemanusiaan Kyung Won. Bukan yang lain.

***

Kyung Won telah sampai tepat di depan pintu penthouse milik Jun. Berada di lantai paling atas gedung yang berada di kawasan elit Badenerstrasse. Setelah beberapa kali didera oleh keraguan, Kyung Won memberanikan diri menekan bel, yang ia duga langsung terhubung pada interkom milik pria itu.

Tidak lama setelahnya, Jun membuka pintu. Menampakkan dirinya pada Kyung Won. Ia menatap Kyung Won heran. "Jeon Kyung Won? Sedang apa kau disini?"

"Kebetulan ada temanku yang tinggal disini. Jadi, kupikir mengapa tidak sekalian mengembalikan pakaianmu?" Kyung Won menunjukkan paper-bag berwarna coklat itu pada Jun.

Sontak Jun melebarkan pintunya. "Masuklah, terlebih dahulu."

"Tidak perlu. Aku hanya ingin menyerahkan ini. Aku permisi."

"Aku bilang masuk terlebih dahulu. Ada yang ingin aku bicarakan, Jeon."

Kyung Won sedikit tersentak mendengar perkataan Jun yang penuh dengan penekanan. "Hm, baiklah." Kyung Won menatap Jun sesaat. Baru saja menyadari bahwa noda cat menghiasi wajah pria yang saat ini juga tengah menatapnya.

encounter ; mjh ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang