2.2

141 30 11
                                    

song recommendation :
hitam putih - fourtwnty

****

Jun mengikuti Kyung Won yang saat ini tengah berjalan menuju kafetaria rumah sakit. Kyung Won tampak kesal. Dan entah perempuan itu menyadarinya atau tidak, kepalan pada kedua tangannya menguat. Jun dapat melihat itu dengan jelas, urat-urat pada tangan Kyung Won tampak.

"Kau kelewatan, Kyung Won. Aku mengerti bahwa kau berhak merasa kesal dengan Wonwoo. Tetapi, perkataanmu bisa saja menyakitinya."

Kyung Won mengusap wajahnya kasar. "Lalu? Apa aku terlihat peduli?"

"Ayolah—"

"Save it. Kalau kau hanya ingin membuat suasana hatiku memburuk, lebih baik kau kembali ke Zürich." Kyung Won beranjak, kemudian meninggalkan Jun yang terdiam di tempatnya. Jun menghela napas pelan. Biarlah, mungkin gadisnya memerlukan waktu sendiri.

Sedangkan, Kyung Won, ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Melangkahkan kakinya secepat mungkin menuju pintu keluar. Dirinya terlalu kalut, soal ibunya, soal Wonwoo. Belum lagi, masalah perusahaan yang tidak kunjung usai.

Lagipula, dimana surel dari Sarah? Bukankah dirinya mengatakan untuk memberikannya informasi mengenai Theodore Elon. Lalu, mengapa tidak ada satupun surel yang masuk ke dalam ponselnya?

Kyung Won menempatkan dirinya pada salah satu bangku yang terdapat pada taman belakang rumah sakit. Ia membuka kunci pada ponselnya, lalu melakukan panggilan pada Sarah. Kepalanya sakit bukan kepalang, segalanya terlalu memusingkan.

"Sarah, up till now I haven't received any informations regarding to Theodore Elon. Did you forget the instruction I gave you earlier today?"

"I'm sorry, Miss. I got a call from my family that some incident happened with my mother. And she's at the hospital right now, but I'll send it as soon as I can."

Kyung Won terdiam. Setidaknya, Sarah memiliki ibu yang tidak berbohong demi menemui anaknya yang lain.

"Miss? It's that okay with you?"

Kyung Won menghela napas pelan. "Yeah sure. Take your time, Sarah. I hope your mom's condition improves."

Setelahnya, Kyung Won memutuskan panggilannya dengan Sarah. Menghirup dalam-dalam udara kota Seoul yang sudah lama tidak ia kunjungi. Sebenarnya, alasan lain perihal mengapa ia menyetujui untuk melanjutkan studi di Zürich adalah untuk melarikan diri dari keluarganya di Seoul.

Untuk apa tetap di Seoul bila kedua orangtuanya tidak peduli sedikitpun?

"Kyung Won-ah," suara bariton itu berhasil menarik perhatian Kyung Won. Ya, siapa lagi kalau bukan Jeon Wonwoo? Mau apa pria itu kesini?

"Mau apa? Permintaan maaf dariku? I'm not in the mood to even talk with you."

Wonwoo menghela napas pelan. Adiknya terlampau kesal padanya. Dan ia memahami hal itu. "Tidak perlu menatapku, cukup dengarkan aku saja."

"Aku minta maaf. Aku sadar bahwa aku hanya memikirkan diriku sendiri—"

Kyung Won terkekeh, lalu memotong perkataan Wonwoo. "Bagus. Sudah sepantasnya kau sadar."

encounter ; mjh ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang