Kyung Won telah usai menyantap sup 'anti pengar' yang dibuat oleh Jun. Bersamaan dengan itu, pria yang bersangkutan telah keluar dari kamarnya. Mempersilahkan Kyung Won untuk masuk dan membersihkan dirinya.
"Apakah kau punya pengisi daya ponsel? Baterai ponsel ku habis." Ucap Kyung Won sebelum memasuki kamar tidur Jun.
"Dimana ponselmu? Mandi saja dulu, aku akan mengisi baterai ponselmu." Pinta Jun seraya mengulurkan tangannya. Tanpa berpikir panjang, Kyung Won menyerahkan ponselnya itu.
"Terimakasih, untuk supnya juga." Tukas Kyung Won singkat sebelum berlalu dari pandangan Jun.
"Aku sudah meletakkan pakaian yang bisa kau pakai diatas kasur!" Jun menyerukan suaranya agar Kyung Won dapat mendengar perkataannya. Kyung Won tidak menjawab perkataannya. Seperti yang ia duga, perempuan itu sangat menjaga harga dirinya di depan seorang laki-laki. Terlebih, laki-laki seperti dirinya.
Jun segera meraih kabel pengisi daya ponsel miliknya, memasangnya pada ponsel Kyung Won. Kemudian, ia berjalan menuju pantry dan menyeduh kopi hitam yang sudah menjadi rutinitasnya di pagi hari. Jun kembali tertawa geli mengingat apa yang terjadi semalam. Apa yang sudah Jun lakukan di kehidupan sebelumnya? Menyelamatkan Republik Korea?
Jun juga mengetahui, seangkuh-angkuhnya seorang perempuan. Ia pasti memiliki sisi yang rapuh juga. Dan Kyung Won telah menunjukkan sisinya yang rapuh itu secara tidak sadar kepada Jun. Entah perempuan itu mengingat hal ini atau tidak, tetapi ketika Jun berkata akan menemani Kyung Won minum, perempuan itu meracau tidak jelas. Seraya meminta tambahan pada bartender, Kyung Won tertawa. Disertai makian yang ditujukan pada Hansol, tentu saja. Namun, bersamaan dengan gelak tawa yang keluar dari mulut gadis itu, airmata juga tiada henti terjun dengan bebas dari kedua matanya.
Dan disaat itu Jun menyadari, Kyung Won tidak sedingin yang ia kira. Itu semua hanya topeng untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakan. Sama seperti Ae Ra.
***
Kyung Won mengeringkan rambutnya yang basah, dengan handuk yang ia ambil dari walk-in closet milik Jun. Ia sudah mengenakan pakaian yang diletakkan Jun diatas tempat tidur pria itu. Meskipun, pakaian itu yang terlihat paling kecil, tetap saja pakaian itu terasa kebesaran pada tubuh Kyung Won. Ia keluar dari kamar Jun dengan melilitkan handuk pada kepalanya. Tanpa menghiraukan keberadaan Jun, Kyung Won duduk seraya memainkan ponselnya.
Dari arah pantry, Jun memperhatikan Kyung Won dengan lekat. Membuat Kyung Won mau tidak mau, balas menatap Jun. "Ada apa menatapku seperti itu?"
"Tidak ada. Hanya saja, kau tidak seperti yang kubayangkan." Balas Jun seraya meletakkan mug yang ia gunakan keatas meja. Membiarkan sisa kopi itu mendingin dengan sendirinya. Tidak lama setelahnya, Jun ikut bergabung dengan Kyung Won dan menempatkan dirinya di sebelah gadis itu.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Kyung Won—sedikit ketus—tepat ketika Jun duduk di samping gadis itu.
"Ah, mungkin kau lupa. Ini penthouse milikku, Kyung Won-ssi. Aku bisa memilih ingin duduk dimana saja."
Kyung Won beranjak dari sofa yang berada tepat di depan televisi milik Jun. Pertama, ia masih ingin menjaga harga dirinya. Kedua, ia ingin pulang. Atmosfir yang dirasakannya disini sejak awal sudah membuatnya jengah.
"Baiklah, kalau begitu aku permisi untuk pulang, Jun-ssi. Aku akan tinggalkan nomor ponselku, silahkan kirim tagihan yang perlu aku bayar. Dan untuk pakaian serta handukmu, aku akan mencarikan yang sama persis dan mengirimkannya padamu lewat kurir. Terimakasih, aku permisi." Kyung Won menyerahkan sebuah kertas kecil pada Jun yang berisi nomor ponselnya. Kemudian, menyerahkan handuk yang melilit kepalanya kedalam paper-bag berisi barang-barang kepunyaannya.
Kyung Won memakai ankle strap heels Jimmy Choo miliknya. Mengabaikan penampilannya yang terlampau absurd saat ini—sweater dengan training abu-abu dipasangkan dengan Jimmy Choo. Oh, jangan lupakan rambutnya yang masih basah. Jika ada penghargaan untuk wanita dengan selera pakaian terburuk sudah pasti Kyung Won akan memenangkannya.
"Setidaknya biarkan aku mengantarmu." Jun baru saja akan meraih kunci mobil miliknya, namun penolakan tegas dari Kyung Won membuatnya mengurungkan niat.
"Tidak perlu. Bukankah aku sudah bilang tidak ingin lagi berurusan denganmu, Jun-ssi? Lagipula, aku sudah cukup merepotkan. Aku tidak menyukai ketika aku merasa berhutang budi dengan seseorang terlalu banyak. Aku permisi," Kyung Won mengatakannya seraya tersenyum. Dengan sangat singkat, dan raut wajahnya kembali datar seperti biasa.
Tanpa diketahui, Jun memaki perempuan kelewat angkuh itu di dalam hatinya. Dan Jun tidak pernah merasa penuh dengan semangat seperti ini sebelumnya.
"Akan kubuat kau melupakan ego-mu yang setinggi langit itu, Jeon Kyung Won."
Dan percayalah, Jun benar-benar serius dengan perkataannya.
***
Kyung Won telah mengirimkan pesan pada Hera untuk menjemputnya sekian menit yang lalu. Dan mobil milik gadis itu telah sampai di depan gedung bertingkat yang menjadi kediaman Jun. Dengan tergesa, Kyung Won masuk ke dalam mobil Hera. Merasa risih dengan tatapan aneh orang-orang yang berlalu lalang—kemungkinan besar karena penampilan Kyung Won saat ini. Sedangkan, Hera menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
Membuat Kyung Won mau tidak mau mengeluarkan suaranya. "Jalankan saja mobilnya. Akan kujelaskan jika kau sudah mulai menjalankan mobilmu."
Hera pun menyalakan mesin mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya menuju Westrasse, dimana apartemen Kyung Won berada. "Jadi, mau menjelaskan bagaimana kau bisa berakhir di penthouse mewah milik seorang Moon Junhui?"
"Ini semua tidak akan terjadi bila kau tidak memaksaku ikut denganmu semalam, Hera." Kyung Won menatap Hera sinis. Hera hanya mengerdikkan bahunya. Tidak peduli.
"Jika aku tidak mengajakmu semalam, kau akan terjebak dengan si bejat Hansol. Kau mau? Aku tahu kau tidak suka dibodohi apalagi dibohongi, Kyung Won-ah. Mengajakmu kesana tidak sepenuhnya buruk.
Kau harusnya melihat bagaimana reaksi Hansol ketika kau bermain dengan bibir milik Jun. Harusnya aku mengabadikannya. Ia terlihat sangat kesal dan mengabaikan jalang sewaannya itu."
Kyung Won tersenyum miring. "Yah, setidaknya aku cukup puas. Ia mendapatkan balasannya."
"Kau tahu, bukan? Bahwa Jun tidak jauh berbeda dari Hansol? Mengapa bermain api dengannya? He could make you kneel for him, if he wants to. He got the whole package. Looks, wealth, proportion, and talent. The only sad thing about it that, he's a total jerk. Kau tidak bisa menampik bahwa pesonanya sulit untuk ditolak.
Dari cara ia membalas ciumanmu kemarin, menunjukkan—damn he's a good kisser, wasn't he? The way he played with your hair, and the way he held your waist, describes it all. He's a professional womanizer. Even I would kill to have a quick 2 minutes make out session with him." Hera mengucapkan kalimat itu dengan mata berbinar. Membuat Kyung Won bergidik ngeri sekaligus merasa mual.
"I won't fall for him. Kau sudah mengenalku dalam waktu yang cukup lama, Hera. Aku akui ia mempesona. Tapi, hanya disitu. I got high standards for men." Kyung Won mengatakannya dengan mantap dan penuh keyakinan.
"Watch your mouth. You'll never know what'd happen tomorrow or maybe tonight. Feelings are unpredictable."
****
sumpah suka banget sama karakternya disini. btw ini bakal klise banget, but still i hope you'll enjoy this. oiya makasih juga buat yang baca ini dan baca masternim juga karena masternim almost reach 4k readers wow. jangan lupa vomment supaya aku semangat, happy reading❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
encounter ; mjh ✔️
Fanfiction[SPIN-OFF] Pertemuan pertama. Jun mengenalinya sebagai putri satu-satunya keluarga Jeon. Pertemuan kedua. Jun melihatnya duduk sendirian di sudut kafe. Pertemuan ketiga. Jun menghampirinya. Lantas apa yang akan terjadi di pertemuan dua insan itu sel...