Kira-kira sudah berapa jam Kyung Won menyibukkan dirinya di kantor? Sampai ia tidak menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ia tidak pernah kembali selarut ini, sebelumnya. Entah, memang dirinya sedang sibuk atau tumpukan kertas merupakan salah satu medium yang mampu mendistraksinya dari seseorang yang bahkan tidak ingin ia sebut namanya. Pria itu senantiasa mengusik benaknya.
Sebenarnya, apa yang diinginkannya?
Karena kalau boleh jujur, sampai detik ini, Kyung Won belum benar-benar percaya dengan Jun. Sungguh. Gelagat pria itu aneh, mungkin bisa saja hanya firasat Kyung Won. Seperti yang kita semua tahu, Kyung Won sangat amat tidak menyukai pria itu. Sehingga, apapun yang dilakukannya terlihat negatif di mata Kyung Won.
Katakanlah bahwa Kyung Won pengecut. Namun, siapa orang di dunia ini yang ingin merasakan apa itu patah hati? Kyung Won memang terlihat dingin dan kaku. Tetapi, wanita mana yang tidak akan luluh, bila diantar jemput setiap hari? Diperlakukan dengan istimewa sedemikian rupa? Dan pada ujung-ujungnya hanya akan ditinggalkan. Bukankah terlalu kejam?
Sudah 1 bulan terlalui sejak pertemuannya dengan Jun di Ecco. Sejak saat itu pula Jun tidak pernah absen untuk mengantar dan menjemputnya. Seperti saat ini, sudah ada belasan pesan masuk kedalam ponselnya. Menanyakan perihal kapan Kyung Won akan kembali atau pukul berapa Jun sudah boleh menjemputnya.
Tentu saja, pesan itu tidak pernah Kyung Won balas, pada awalnya. Tetapi, usaha Jun tidak hanya sampai disitu. Ia bahkan pernah menghubungi Sarah hanya untuk menanyakan jam pulang Kyung Won. Sudah cukup gila, bukan?
Kyung Won mematikan layar komputer di hadapannya. Bersiap untuk turun kebawah, namun ketukan di pintu ruangannya menghentikan pergerakannya. Karena ketika pintu itu dibuka, figur proporsional milik Jun terpampang begitu saja. Bersamaan dengan degupan Kyung Won yang dengan tidak sopannya terasa berdegup dua kali lebih cepat. Tidak ada yang spesial dari penampilan Jun malam ini, kecuali fakta bahwa terdapat drafting tube yang tersampir pada bahunya. Menandakan bahwa, mungkin saja, pria itu baru menyelesaikan sebuah lukisan hari ini.
"Bukannya aku sudah mengatakan untuk selalu menunggu dibawah?"
Jun terkekeh. "Terlalu lama, bila menunggu dibawah. Aku pun juga tahu, kamu tidak akan membalas pesan. Jadi, daripada membuang waktu, lebih baik aku ke ruanganmu. Lagipula, semua pegawai kantormu sudah kembali ke rumah mereka masing-masing."
"Aku harap ini yang terakhir kali." Kyung Won kemudian meraih kelly bag miliknya, memberi sinyal pada Jun untuk bergegas.
Keduanya pun keluar dari ruangan milik Kyung Won. Turun ke lantai dasar menggunakkan lift yang sudah pasti tersedia. Diselimuti keheningan, Jun dan Kyung Won telah tiba di dalam mobil milik pria itu. Bila dipikirkan lagi, sudah berapa lama Kyung Won membiarkan kendaraan miliknya teronggok begitu saja?
"Ada suatu tempat yang ingin aku perlihatkan padamu, malam ini." Ujar Jun tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.
"Aku lelah. Bagaimana bila besok?"
Jun menggeleng. "Sudah makan?"
"Belum. Kau mau membawaku kemana memangnya?"
"Baguslah bila jawabanmu belum. Soal aku akan membawamu kemana, tidak perlu tahu, lihat saja nanti."
Kyung Won hanya membalas Jun dengan gumaman, lalu terlelap. Sudah dikatakan sebelumnya bahwa ia lelah, bukan?
***
Kyung Won merasakan tepukan pelan pada wajahnya, membuatnya membuka mata secara perlahan. Sedikit terkejut mendapati dirinya yang berada di dermaga saat ini. "Dermaga? Untuk apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
encounter ; mjh ✔️
Fanfiction[SPIN-OFF] Pertemuan pertama. Jun mengenalinya sebagai putri satu-satunya keluarga Jeon. Pertemuan kedua. Jun melihatnya duduk sendirian di sudut kafe. Pertemuan ketiga. Jun menghampirinya. Lantas apa yang akan terjadi di pertemuan dua insan itu sel...