Kyung Won mendengus kesal. Sudah beberapa hari terlalui sejak Jun mengantarnya dirinya ke basement. Kalimat yang dilontarkan pria itu seakan-akan enggan untuk beranjak pergi dari benak Kyung Won. Ia jadi menyesali keputusannya untuk mengembalikan pakaian milik pria itu. Jika tahu efeknya akan sebesar ini, ia tidak akan menasehati pria itu tempo hari.
Dan sejak hari itu, Kyung Won tiada henti mendapatkan notifikasi dari pria itu. Entah ucapan selamat pagi ataupun selamat tidur. Tidak, Jun tidak mengiriminya pesan secara intens. Hanya sesekali.
Namun, hari ini berbeda. Tidak ada ucapan selamat pagi dari pria itu. Kyung Won bahkan sudah ada di ruangannya saat ini. Menatap tumpukan kertas yang terbengkalai di hadapannya, seraya mengamati ponsel miliknya berkali-kali. Ia bahkan tidak tahu sejak kapan ponsel menjadi sepenting itu baginya.
"Speak of the devil." Ujar Kyung Won pada dirinya sendiri ketika melihat nama Jun tertera pada ponselnya. Pria itu menelponnya.
"Ada apa?" Dengan suara yang ia buat sedatar mungkin. Ayolah, pertahanannya tidak boleh runtuh secepat ini. Bahkan untuk dapat berkencan dengan seorang Jeon Kyung Won, Hansol memperjuangkannya selama hampir 2 tahun. Jika dengan rayuan bodoh seorang Moon Junhui, Kyung Won dengan mudah jatuh, lantas dimana letak keangkuhan dan kewarasannya?
"Pelan-pelan. Kau bahkan tidak mengucapkan sapaan."
"Aku sibuk. Ada apa?" Bohong. Kyung Won sama sekali tidak sibuk. Dan ia juga yakin bahwa Jun pasti berkali-kali lipat lebih sibuk dari dirinya sendiri. Jun adalah seorang seniman. Dan sebentar lagi, galeri pamerannya akan segera terlaksana. Bayangkan berapa banyak lukisan yang bahkan belum mencapai tahap kontur dan lain sebagainya?
"Makan siang bersamaku?"
Kyung Won terkekeh. Berkesan meremehkan. Meskipun, sebenarnya ia hanya berusaha untuk menyembunyikan nada bahagia ketika mendengar ajakan pria itu. "Kalau hanya ingin membuatku sebagai wanita-mu yang kesekian untuk dicampakkan, jangan hubungi aku lagi, Moon."
"Aku memutuskan untuk berteman denganmu. You don't like to be dominated, and I love being a dominant. Then, I guess if I can't make you mine, we can at least be friend, right?"
"Lantas, kau berpikir bahwa aku akan percaya padamu? Bahwa di dalam pertemanan konyol yang kau usulkan, tidak akan ada tindakan-tindakanmu yang tidak sewajarnya? Jangan main-main." Jujur saja, Kyung Won bukan wanita bodoh. Ia tidak mau termakan rayuan dan berujung menyakiti dirinya sendiri. Lagipula, saat ini ia sedang berhadapan dengan seorang Moon Junhui. Haruskah ia percaya secepat itu?
"Aku hanya mengajakmu untuk makan siang. Kita dapat bicarakan perihal ini nanti. Jadi, kau mau?"
Terasa ada jeda sebelum Kyung Won membalas perkataan Jun. "Pukul 1 siang. Ecco Zürich. Don't be late."
Kyung Won memutuskan panggilannya sepihak. Menarik napas dalam-dalam. Apakah ia akan menyesali keputusannya?
***
Kyung Won mengedarkan pandangannya, ketika kakinya berhasil menapaki restoran yang ia usulkan sebagai tempat mereka untuk bertemu. Pandangannya tertuju pada seorang pria yang sudah menunggunya di salah satu meja. Mengenakan turtle-neck berwarna putih gading, dilapisi long-coat berwarna beige. Tampaknya, Jun belum menyadari kehadiran Kyung Won pada pintu masuk. Sehingga, ia memutuskan menghampiri Jun terlebih dahulu ketimbang menunggu pria itu menyadari kedatangannya.
"Oh, sudah datang? Duduk saja. Aku sudah memesankan makanan untukmu."
Kyung Won menuruti perkataan Jun. Ia menempatkan dirinya tepat di hadapan pria itu. Sedikit canggung. Itu atmosfir yang ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
encounter ; mjh ✔️
Fanfiction[SPIN-OFF] Pertemuan pertama. Jun mengenalinya sebagai putri satu-satunya keluarga Jeon. Pertemuan kedua. Jun melihatnya duduk sendirian di sudut kafe. Pertemuan ketiga. Jun menghampirinya. Lantas apa yang akan terjadi di pertemuan dua insan itu sel...