Brylian pov
Gue sama Zico, Rendy, Bagas, Bagus, David, Nando punya rencana mau buka bersama bareng. Sebenernya ini nggak resmi ya, cuma karena kita pengen keluar dan dapet ijin. Btw yang mau ikut cuma ini doang, yang lain lebih pilih di asrama atau buka bersama keluarga di luar atau lagi mau sama pacarnya kalau punya.
"Mepet aja lah berangkatnya, kan udah ada si Zico sama Rendy yang disana." usul Bagus, ini masih pada gegoleran padahal udah jam 17.00.
"Kasian, sekarang aja berangkat." ucap gue, mulai pake jaket, tas, sendal jepit.
"Kon sendiri yo Bry." suruh David, sudah terbiasa ya jomblo sendiri kemana mana.
"Hmm."
Perjalanan 10 menit, akhirnya sampai ke mall, dasarnya temen nggak ada akhlak, kita malah muter muter dulu liat liat.
"Jalan dulu, liat liat." usul David yang langsung disetujui sama semuanya, gue kan ngikut aja orangnya.
Sampai ditengah muter muter kedengeran suara bentakan, nggak tau ya siapa, intinya kaya ada seseorang dibentak dengan body shamming. Kaya nya ada cewek cacat terus dibully.
"Nggak ada kerjaan bully di mall, nggak takut keciduk." omel Nando.
"Nggak mungkin keciduk, orang tempatnya pasti cari yang sepi." ucap Bagus, dengan logat medhok, gue juga medhok sebenernya.
"Parah si, nggak cuma kita kita yang dibully, tapi manusia biasa yang bisa dikutip dia itu cacat. Masih aja ada yang bully." gumam Bagas, dia memang yang lebih dewasa daripada kita kita.
"Biasa, pendidikan mental nya Zonx." ucap gue
"Makanya, orang indonesia harusnya nggak cuma pinter otak, tapi harusnya seimbang sama hati. Masih aja itu orang teriak teriak, anak sma pasti mahh." ujar David.
"Siapa si, aku kepo." ucap Bagus tanpa dosa, pas sampai jalan pilih belok lorong atau lurus gue reflek berenti, karna yang depan berenti.
"Gila gila gila.. 4 lawan 1 coy!" seru Nando, tiba tiba salah satu yang dibuli di lepas, dan langsung jatuh, diakhiri dengan tendangan dibagian kaki dia yang terbalut buat cidera itu. Kok kaya familiar orangnya sama cidera nya.
"Parah... woy ditendang!" teriak Bagus, gue reflek mau bantuin tapi keduluan ibu ibu. Sumpah gue penasaran ini siapa, kaya familiar.
"Cewek jaman sekarang nggak ada akhlak." gumam Bagas.
"Kalian duluan aja, mau toilet. Panggilan alam." pamit gue.
"Perasaan kon tadi baru dari kamar mandi." gue langsung akting seakan akan emang kebelet beneran.
"Yaudah."
Setelah mereka pada jalan lurus, gue buru buru mendekat ke cewek itu yang ditemenin 1 ibu ibu. Nggak kenal juga, hati gue nuntun buat cek dia siapa.
Rambut coklat tua curly bagian bawahnya, sendal yang sangat familiar. Badan yang kayaknya gue tau siapa?
Gotcha!
Chal?!
Gue jongkok disamping dia dan beneran ini Grizelle, dengan tampilan yang beda. Muka banjir air mata, rambut digerai acak acakan, sampai ke muka muka. Ibu tadi bantuin singkirin rambut dari muka dia. Dengan wajah yang khawatir.
Gue usap pelan punggungnya, dia langsung kaya tegang dan natap gue dalam sebelum..
Bruk!
Hikss
"Bryy..." suaranya yang bergetar tangis, gue liat keadaan dia yang gini. Parah sih, dia cuma ngeliat orang yang dia peluk sekilas, langsung asal nubruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Athlete [Brylian Aldama] ✔
Teen Fiction[Athlete Series] [COMPLETED] 'just one more chapter' • Brylian Negietha Dwiki Aldama Highest rank #1 in Sepakbola Highest rank #1 in Timnas Highest rank #1 in Athlete Highest rank #1 in Atlet Highest rank #1 in TimnasU16 Highest rank #1 in Soccer Hi...