Grizelle pov
Kenapa setiap gue dalam keadaan entah jatuh, entah kaya gembel, dan sekarang dalam keadaan dibully. Brylian pasti ada disana, yang selalu nenangin dan pastinya dia nolongin.
Jujur gue jadi ngerasa bersalah, sama kak Stella, gue nggak pernah punya niatan rebut cowok dia. Semua cowok yang dekat gue, udah gue bilangin dari awal kita temenan. Jadi dekat murni temenan dan itu udah paten.
Gimana rasanya lo dibilang simpenan om om, udah gitu dibilang simpenan anak bola. Gue nggak ngerasa gitu, tapi gue ini manusia, digituin ya auto ngebul ini kepala. Tapi Bry dibelakang gue, buat gue ngerasa aman dan nggak perlu bertingkah berlebihan. Karna ada dia,
Bicara masalah mental, mental gue aman, kenapa kok nangis? Ya nggak kuat aja. Makanya semua jadi posesif, apalagi mamah yang seorang psikolog, selalu pantau keadaan gue.
Terutama saat ini, setelah tragedi itu, Brylian nggak pernah lepasin tangannya dari pinggang gue sedetik pun. Sekarang udah sampai di depan restonya.
"Chal, janji nggak bakal nangis lagi?" tanya nya, telinga gue udah mulai terbiasa dengar dia manggil gue Chal.
"Janji." setelah gue mengucap itu, ternyata hati sama mulut nggak sejalan. Baru masuk, sebut 1 nama air mata udah netes nggak karuan. Dengan kak Stella yang mulai kalap, Bry yang nggak lepasin gue. Ngehindarin gue dari amukan kakak kelas itu, merelakan badan nya jika kena amukan.
Jujur gue ngerasa bersalah sama dia, gue takut dia kenapa napa. Dia ini aset negara, apalagi sekarang setelah dia ngomong mau anter gue pulang.
'Heh.. bukannya itu brylian aldama?'
'Iya itu brylian, anak timnas'
'Gilaa.. dia deket sama Izel?'
'Berarti diluar ada temen temnnya dong'
'Mau dipeluk brylian'
Brylian semakin eratin pelukannya setelah denger Kak Stella bisikin kalimat yang sumpah itu nggak gue lakuin. Jadi simpanan anak bola? Jadi simpenan om om?, kalau om om yang dimaksud mas Bian, dia salah. Jadi simpanan anak bola? Lucu.
"Kita ini bisa bicarain baik baik, kenapa make otot segala?" omel kak Silva.
"Dan lo Stella, lo itu kelas 12, kasih contoh yang baik, jangan malah kaya nggak ada adab gini. Utungnya ini diluar, coba kalau disekolah, lo langsung DO." Peringat kak Silva ke kak Stella.
"Gue juga ingetin, lo berurusan sama siapa. Kalau sampai keluarga nya tau, lo nggak bakal aman disini. Mas nya bakal usahain lo masuk penjara walaupun lo belum cukup umur." lanjut Gibran.
"Dasar cewek cacat!" teriaknya tiba tiba dan dorong gue keras. Untungnya Tuhan, ada Bry dibelakang gue, dia langsung pergi sama dayang dayang nya.
"Ayo dong dilawan, kan bisa beladiri." bisik Bry dari belakang gue.
"Nggak, takut bikin malu, hehe." balas gue ke dia dan dia cuma terkekeh pelan.
"Lo tadi darimana Zel?" tanya Kina mendekat sambil cek keadaan gue, mungkin dia nahan ketawa, rambut gue udah acak acakan. Ada yang nempel dijaket Bry.
"Dari toilet, terus ketemu kak Stella, dan ada tragedi, terus ditolongin orang ini." ucap gue sambil nonjok dada Bry pelan, tanda orang ini, "malah kebablasan makan bareng dia sama temen temennya." lanjut gue.
"Kok kaya nangis, masa lo gegara gitu doang nangis?" seru Sheva
"Gue nangis karna gue disana sendiri, gimana kalau gue di bunuh, gimana kalau gue di sakitin sampe mati. Gue kan belom nikah." cerocos gue, Brylian dibelakang gue cuma ketawa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Athlete [Brylian Aldama] ✔
Teen Fiction[Athlete Series] [COMPLETED] 'just one more chapter' • Brylian Negietha Dwiki Aldama Highest rank #1 in Sepakbola Highest rank #1 in Timnas Highest rank #1 in Athlete Highest rank #1 in Atlet Highest rank #1 in TimnasU16 Highest rank #1 in Soccer Hi...