"Brylian." abis gue abis, langsung gue sembunyiin wajah gue di sofa.
"Brylian Aldama?!" teriak Mas Bian dan dibalas anggukan papa mantap, aduuh, tiba tiba mules perut ku.
"Pah, jangan bercanda lah." omel mama, ternyata masih nggak percaya mama.
"Haih, nggak bercanda, cek aja recents telfonnya." suruh papa dan langsung gue sembunyiin hpnya di dalam kaos.
"Jelasin ke Ayah!" ucap opa ke Mama, dengan pelan mama jelasin, dari mama tau gue ditolongin anak timnas itu, sampe ini lah. Dan dijelasin kalau Bry itu anak Bajul Ijo aka Persebaya Surabaya.
"Duh, cucu omaa." ucap oma, sambil elus rambut gue pelan, mantan pacar sama mantan temen deket gue. Biasanya udah pada minder duluan, liat kehidupan gue, kehidupan papa sama mama. Padahal mereka nggak masalahin itu, yang penting mah kalau mau nikahin dari keturunan sini musti punya 1, yaitu segalanya.
Jauh banget mikirnya sampe nikah..
Dalam arti segalanya itu, dilihat dari Keluarganya, Agamanya, Wajahnya, Hartanya. Nggak perlu sultan, yang penting punya, dan nggak ngajak idup susah, itu aja. Kakak sepupu pada nikah kebanyakan yang nyariin ya Opa, karna berat loh kriterianya.
"Papa ngomong apa aja?" tanya Mas Bian.
"Papa sering ketemu pemain, tapi pada kaku kalau sama orang baru, ini aja papa langsung klop. Dia anaknya nggak berlebihan, sama papa juga sopan, sama kaya papa suka bercanda." jelas papa, ya allah gue kepo apa yang mereka ini bicarain.
"Ceritainn paaa." seru mas Bian, semuanya langsung dengerin cerita papa, dari awal telfon sampai adegan nyuruh Bry kesini. Kan gue nggak enak jadinya, mana bisa dia kesini. Kan jadwalnya padat.
"Papa tuhhh kaya inget ingett lupaa ya, kayanya ada salah satu temen sekolah kamu dulu Bii yang wajahnya mirip Bry. Tapi papa lupa siapa, kamu inget inget deh itu siapa namanya." Lanjut papa.
"Kalau anaknya kerumah kabarin Ayah." ucap opa, sambil berlalu ke ruang makan, bentar lagi buka.
"Nggak bakal opaaa." balas gue teriak
"Dia aja udah janji sama papa kok." bela diri papa ini mah.
"Kan dia sibuk paa."
"Papa nunggu waktu dia nggak sibuk, rumah kita sama asrama nggak jauh, ketemu di Surabaya papa juga nggak masalah." kan ada aja kan, mana gue ditinggal, dengan pengen marah gue gabung ke meja makan.
"Nggak bisa papa Diaz, dia itu sibuk dan nggak mungkin kesini sampaiii kapann puuun." jelas gue dengan tekan per kata.
"Bisa anakku Chal, dia udah janji sama papa." yeee, gue cuma bisa ngalihin pandangan, paling ga bisa menang dari papa gue mah.
Selesai buka, sholat maghrib, kumpul ngobrol nunggu sholat tarawih. Ada yang sama? Kalau buka puasa makan nasinya itu malem, abis tarawih. Karna kalau abis maghrib makan nasi, pas tarawih mata ngantuk buanget sama perut begah.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
Gue udah selesai sholat tarawih sama makan, langsung balik kerumah. Kan tadi dirumah opa oma, sekarang udah dikamar ternyaman. Langsung buka hp, cek semua sosmed kaya tangan udah kesetting aja gitu.
Gurl's
Assalamualaikuumm
HeihooTanaya
Waalaikum salam
Apaan?Kinaa
Waalaikum salamSheva
Waalaikumsalam
KAMU SEDANG MEMBACA
My Athlete [Brylian Aldama] ✔
Teen Fiction[Athlete Series] [COMPLETED] 'just one more chapter' • Brylian Negietha Dwiki Aldama Highest rank #1 in Sepakbola Highest rank #1 in Timnas Highest rank #1 in Athlete Highest rank #1 in Atlet Highest rank #1 in TimnasU16 Highest rank #1 in Soccer Hi...