Minggu tlah tiba minggu tlah tiba
Hore hore
"Widiiihh.. semangat banget, mau kemana nih??" tanya Mas Bian, tumben dia dirumahh.
"Maasss!" gue langsung jalan cepat dengan kaki masih tertatih tatih merangsek kepelukan dia.
"Kok tumben inget rumah." sindir gue, dia cuma cengengesan nggak jelas.
"Kamu mau kemana? Rapi amat." alihnya
"Adek mau ke mall doong, mau buka bersamaa!" teriak gue, sumpah berasa orang udik tau nggak, biasanya sering ke mall walaupun cuma cuci mata lah ini nggak ke mall uda lama, ya kagok.
"Halah, paling akal akalan kamu aja, nggak usah pergi." kok nggak percaya dah pake ngelarang ngelarang segala lagi.
"Nggak! Apaan ngelarang ngelarang orang papah mamah udah ok kok." sungut gue nggak terima ini orang ngajak ribut?
"Mah! Pah! Ngapain bolehin anak ini ke mall? Kalau ada apa apa gimana?" teriak nya.
"Mas! Apa apaan si ah." sumpah ya udah mau nangis, dia ini nggak seneng apa kalau gue seneng.
"Apasih Mas daritadi ribut ribut?" tegur mamah tiba tiba.
"Mah, dia kok boleh keluar, ntar kalau kenapa napa gimana, kaki loh mah kakii." ucapnya sambil nunjuk kaki gue yang terbalut rok sedikit span warna merah kotak kotak hitam, dengan sendal jepit andalan. Nggak ngurus ya nggak pake sepatu gue.
"Maah.. kan mamah udah setuju," ucap gue pelan dan hampir nggak kedengeran.
"Enggak, boleh kok berangkat, asall jangan sampe kenapa napa, apalagi kakinya. Janji?", ucap mamah lembut, gue langsung berhambur kepelukan wanita hebat ini.
"Janjiii." ucap gue pasti, mungkin mamah bisa baca raut muka gue yang sedikit tertekan, jadinya dibolehin.
"Mahhh.." protes Mas Bian, gue merasa lega banget.
"Mas .. no!" jawab mamah sambil goyang goyangin jari telunjuknya tanda tidak
Tin
Tin
"Aah.. adek berangkat mah, Sheva udah dateng. Love you mah." pamit gue diakhiri kecupan di pipi mamah.
"Love you sayangg."
"Heh bocah! Nggak pamit lo sama gue?" kalau udah gini jadi lo gue, dahal tadi aku kamu, adek Mas.
"Bodo amat."
Kita lupain tentang mas ter rese, sekarang udah posisi aman duduk di mobil. Duduk samping ibu supir.
"Katanya ada kelas 12 yang mantan anak cheers sama basket." ucap Dira, pas kita udah keluar komplek.
"Hah??" cengo gue
"Iya.. kan ini kaya temu kangen gitu, ada alumni juga tapi cuma beberapa." tambahnya.
"What the fuck, gue cuma pake sendal jepit dan ada alumni, gila lo yaa. Pulang yuuk, ambil sepatuu." rengek gue, kan gue kira cuma kelas 11 sama kelas 10 doang, kok ada alumni juga.
"Gila, nggak mau gue, kita berangkat sekarang aja udah telat banget, apalagi pake puter balik dulu, ijah." omel Sheva
"Sukurin slebor si jadi orang, asal pake nggak mikir kedepan." tambah Kina
Sumpah gue jadi deg deg an, sendalnya ini jepit gaes jepiitt. Mending kalau kaya sendal slop atau sendal yang ada serempang nya. Ini murni jepit, untungnya nggak buluk buluk amat. Jadi masih bisa tahan malu lah.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
17.00
Sampe mall, dengan gue di depan sama Sheva, Kina sama Dira dibelakang. Kita jalan ke resto yang emang udah jadi tujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Athlete [Brylian Aldama] ✔
Teen Fiction[Athlete Series] [COMPLETED] 'just one more chapter' • Brylian Negietha Dwiki Aldama Highest rank #1 in Sepakbola Highest rank #1 in Timnas Highest rank #1 in Athlete Highest rank #1 in Atlet Highest rank #1 in TimnasU16 Highest rank #1 in Soccer Hi...