"Good, bisa nih jalan." ucap gue dia, dengan gaya sok sokan mikirnya buat gue ketawa.
"Bisa, ayok jaalaaannnnn." serunya, tapi masih dengan posisi tiduran, kayanya dia jadi udik lama nggak boleh jalan jalan, wkwkw.
"Mau nya kapan?" tanya gue kedia, dia langsung ngeluarin ekspresi heran.
"Yang harusnya nanya kan gue, dan gue yang mustinya ngikutin waktu lo." nice, nggak kaya yang sebelumnya, kalau yang dulu ditawarin ketemu, pasti ayok ayok dan nggak ngeh waktu. Tapi kalau yang di Sidoarjo, kan ketemu juga kalau gue balik rumah, kalau nggak ldr. Dan berakhir kayanya dia nggak kuat jadi pacar gue. Dan putus.
"Yaudah, minggu depan, udah sembuh kan kakinya?" usul gue.
"Harus udah sembuh, kan ini hari senin, tiga hari lagi itu kamis, bisa lah, jalan gue juga udah normal, semoga." hitungnya, dengan diakhiri senyum manis.
"Pasti lah, makanya semangat dong!" semangat gue ke dia yang udah mulai lemes lagi.
"Jam segini nggak bisa semangat Bry, rasanya mau renang terus minum aer kolam." ucapnya, semua ekspresi dia pengen gue abadiin kalau semenggemaskan ini.
"Hahahah, yaudah renang sana." suruh gue, dan dia langsung menggeleng kuat.
"Nyanyi dong, lo bisa nggak?" tanya nya tiba tiba
"Nggak, mau apa?"
"Pengen tidur aja, biar kuat." kekeh dia, mukanya udah pucet kaya kekurangan darah.
"Tidur aja, gue hidupin lagu." suruh gue, dia langsung puter balik posisi jadi miring, dengan hp gue nampilin muka dia setengah. Oh God, kenapa dia secantik ini.
"Heemm." ucapnya, sebelum berselancar ke mimpinya.
Dan gue mutusin buat main game di tab, sampai nggak sadar udah 45 menit gue main game dan telfonnya udah 1 jam lebih beberapa menit. Gue lupa buat matiin telfonya, baru mau gue matiin, tiba tiba hpnya kaya ada yang ngambil. Udah bangun kah? Cepet amat, baru juga jam 5 kurang.
Mampus!
Ada laki laki, kayanya ayahnya Chal, karna mata sama idungnya mirip. Dan gue cuma keluarin senyum canggung.
"Omm." sapa gue, sumpah gue nggak tau lagi ini gimana, ayolah Chal bangun, gue lagi posisi nggak enak ini.
"Gimana kabar Uston Nawawi?" tanya beliau tiba tiba, gue cuma bisa cengo beneran, kok bisa kenal?
"Baik, om." jawab gue kaku
"Santai aja, selow." ucap nya dengan nada santai diakhiri kekehan dan gue mulai kurangin ketegangan nggak beralasan ini.
"He he, iya om."
"Saya papanya Grizelle, tak kira temen temen nya itu bohong kalau kamu temenan sama anak om." jelasnya.
"Kenapa nggak percaya om?" tanya gue udah mulai santai, seloow.
"Ya nggak percaya toh, orang kamu ini siapa dan Grizelle siapa, pernah nonton kamu aja nggak pernah lho dia. Pernah nonton pertandingan apa gitu aja nggak pernah, dia anti sama olahraga." jelas papanya dia, pantesan pas dia tau gue anak bola kaya langsung nyesel.
"Waduh om, kan saya juga manusia biasa loh, kaya omm..." ucap gue, mau nyebut nama nggak tau juga.
"Eh iya lupa, nama om Diaz, keterusan ngobrol sama kamu sampe lupa kenalan." kekehnya.
"Hehe, iya om, biar sepadan, saya Brylian." kenal gue, dan reflek buat gue sama Om Diaz ketawa, papanya Chal se friendly ini dong.
"Emm.. om kenal sama coach Uston ?" tanya gue penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Athlete [Brylian Aldama] ✔
Ficção Adolescente[Athlete Series] [COMPLETED] 'just one more chapter' • Brylian Negietha Dwiki Aldama Highest rank #1 in Sepakbola Highest rank #1 in Timnas Highest rank #1 in Athlete Highest rank #1 in Atlet Highest rank #1 in TimnasU16 Highest rank #1 in Soccer Hi...