Grizelle pov
Lucu kan takdir mainin gue?
Setelah berusaha nerima kenyataan tentang nenek, berhenti yang namanya nangis. Dengan lancarnya hari ini, tangis gue jatuh, mata gue sebenernya udah pegel. Rasanya air mata udah abis aja gitu, tapi ternyata stok nya masih banyak. Barti besok akan ada nangis nangis sesi selanjutnya.
Menerima kenyataan bahwa sesuatu yang gue liat itu sebuah kebenaran.
"Loh, mbak ngapain diluar sendiri?" sapa Keemas, gue langsung senyum biasa.
"Nggak papa cari udara aja." ucap gue, dia ngangguk terus masuk ke dalem, tinggal Kia yang masih liatin gue dengan tatapan minta penjelasan.
"Lo nangis?"
"Nggak."
"Gue nggak bodoh ya nggak tau bedanya orang nangis sama nggak." ujarnya.
"Udah masuk sana." usir gue, dia langsung jalan masuk, dan alamat bakalan nanti di intrograsi.
Bry nggak tau lagi ngobrol sama siapa, yang jelas cewek yang berusaha nempel nempel sama dia. Dia sempet beberapa kali nengok, yang nggak gue tanggepin sama sekali. Sumpah rasanya sakit beneran.
Apa bener keputusan gue?
Waktu ini gue gunain buat mikir
Ternyata dia udah selesai dengan tamunya, jalan ke arah gue, dengan tatapan nggak dialihin dari gue sama sekali.
"Kita break dulu." ucap gue pelan, dia langsung berhenti pas didepan gue duduk. Gue alihin pandangan dari dia.
"Nggak.. nggak.. kita bisa bicarain baik baik byy, kamu nggak bisa gegabah." tegas Bry, sambil genggam tangan gue, udah nggak bisa nepis tangan dia lagi.
"Kita break dulu." ucap gue untuk kedua kalinya, dia makin kenceng remas tangan gue, dan perlahan mulai jongkok didepan gue yang duduk diatas.
"Please sayang.. aku nggak mau." tolaknya.
"Aku berani sumpah, dia murni mantan, aku nggak selingkuh dari kamu. Aku nggak pernah panggil panggilan sayang atau sejenisnya kecuali sama kamu. Percaya sama aku, aku nggak mau break byy." ucapnya pelan, dan letakin kepalanya di atas tangan dia yang genggam tangan gue.
Gue sebenernya nggak bisa, buat ngucap break atau putus, nggak bisa.
"Aku butuh waktu."
"Yaa.. kalau itu yang kamu mau, aku tunggu sampai kamu mau bisa. Cukup kamu disamping aku byy, jangan buru buru ya." ucapnya pasrah pada akhirnya, dia udah nggak maksa ini itu, karna semakin gue dipaksa malah gue semakin nekat.
Break nya bukan tanpa alasan, gue cuma mau nenangin diri, lupain yang namanya panggilan 'bae' sampai kapanpun panggilan itu adalah panggilan yang paling gue benci.
Gara gara author punya pengalaman pribadi si sama bae bae an ..
WkwkwkCuma mau kembaliin rasa percaya gue sama Bry, dia nggak bakal selingkuh dibelakang gue. Kan Bry juga udah hapus sama blokir kontak, jadi cuma mau perbaikin hati yang kecuil dikit.
"Aku nggak mau putus byy, abis break jangan putus." gumam nya pelan yang masih bisa gue denger, dengan suara manja merengek nya.
"Iya." jawab gue singkat.
Dan berakhir sama sama duduk di kursi tapi nggak ada pembicaraan sama sekali. Cuma diem diem an, dia nya diem gue juga milih diem, karena lagi nggak mood ngobrol.
"Mbak Zel, ayok foto." ajak Keemas, gue langsung berdiri ngaca pake hp, nggak ngeh ini hp gue atau dia. Udah lumayan ilang merah diidungnya.
Beberapa foto gaya berdiri dengan gue, Kia sama Keemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Athlete [Brylian Aldama] ✔
Fiksi Remaja[Athlete Series] [COMPLETED] 'just one more chapter' • Brylian Negietha Dwiki Aldama Highest rank #1 in Sepakbola Highest rank #1 in Timnas Highest rank #1 in Athlete Highest rank #1 in Atlet Highest rank #1 in TimnasU16 Highest rank #1 in Soccer Hi...