[40]

2K 142 19
                                    

"Gue kan cenayang."

"Halah, paling dilaporin sama adek gue." tebaknya yang gue balas ketawa, tau aja.

"Kalau dia bukan adek gue, udah gue buang ke pulau komodo, biar dimakan komodo disana. Dia rese, tau gue bawa Monica malah dia bawa Silva." sungut Mas Bian.

"Ya lo nggak milih salah satu aja, malah dua duanya dibabat habis yo ga iso." saran gue.

"Ora ngono, Monica iku percobaan."

"Parah!" seru gue, dia malah ketawa pelan.

"Halah, ga usah sok sok an nasehatin, kalau abis berantem nggak langsung selesaiin. Bikin adek gue nangis aja." ha?

Mas Bian tau?

"Gue tau semuanya." jelasnya.

"Nggak ada." jawab gue melenceng,

"Jangan salah, gue cenayang bro." serunya dan jujur langsung bikin ketawa.

"Kok tau?" tanya gue kode ke dia.

"Tadi, gue cek ke kamarnya, eh lagi nangis nangis alay, sambil telfonan nggak tau sama siapa pake marah marah. Terus gue pas nanya, ke Kia terus diceritain semuanya, dari yang lo marahin dia." nggak enak kan

"Sorry."

"Santai aja kali, pacaran kan biasanya juga gitu. Asal nggak main kekerasan sama bentak bentak, lo nggak ada hak." gue ngangguk ngangguk aja.

"Berarti Final ketemu Barito Putera ya?" tanya Mas Bian

"Iya."

"Mana yang gue lawan si kembar lagi, sama sama berat si mas, mau lawan Bhayangkara berat, mau lawan Barito juga berat. Ya optimis sama latihan aja si." lanjut gue.

"Denger denger juga, mau berangkat garuda Select?"

"Iya abis kualifikasi."

"Bakal ldr beda negara dong dan lama ya ketemunya?" tanya Mas Bian, dan gue sedikit ngehitung cepat.

"Iya setengah tahun, kan bisa ke sana Mas, duit lo mah buat kesana 3 kali sebulan mah kecil." kekeh gue, langsung dapat pelototan.

"Lah lo kira duit gue satu truk."

"Hahah"

Selesai ngobrol, mas Bian kebetulan juga mau balik kamar. Sekalian bareng tapi pisah lantai, dan jalan melewati kamar kamar yang udah keisi orang. Dan sampai di kamar kosong nggak ada siapa siapa, pas gue telfon si Rifky, malah main di
Kamarnya Haikal.

Disana cuma ngobrol bentar, balik kamar mau tidur lah. Capek..

Brylian pov end

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Grizelle pov

Setelah pertengkaran demi pertengkaran, tuduhan demi tuduhan. Emosi demi emosi saling bermusuhan, sama sama menyakiti satu dengan yang lain. Nggak ada yang diuntungkan, tapi sama sama dirugikan.

Ini, yang buat gue serba hati hati dan menjauhi masalah, karna Brylian. Karna dia gue berusaha menjauhi masalah, dan berusaha untuk tetap tenang dan nggak ribut. Karna dia gue berusaha selalu menyelesaikan masalah dengan dingin. Ternyata ini dibalik semua ajaran baik dia, karna dia tau dia nggak akan selalu bisa sabar. Maka dari itu dia berusaha menumbuhkan rasa sabar di diri gue, jika suatu ketika sabarnya habis, Dan itu waktunya buat gue gantian bersabar.

Brak!

"Hiks!" isak gue langsung telungkup dikasur.

"Lo kenapa Chal?" tanya Kia.

My Athlete [Brylian Aldama] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang