[44]

2K 155 37
                                    

Grizelle pov

"Kalau aku cerita kamu nanti ngambek." ledek gue ke dia, dia langsung lipat tangannya didada dan alihin pandangan dari gue.

"Mr. Aldamaaaaa." rengek gue, sambil tendang tendang tulang keringnya pelan.

"Iya cerita, masa orang cerita nggak diliatin, dasar nggak sopan." pancing gue, dia langsung mendelik kesal.

"Yaudah cepet!" kan belum cerita aja orangnya udah sensi begini.

"Males banget, kamu nya gitu."

"Iyaa, cerita dong sayangg." rengeknya terkesan di buat buat, ya ampun ngakak.

"Iya iyaa.. mulai dari yang kamu pikirin dulu, aku paling nggak suka di sebut pemain laki laki. Nggak tau aja nggak suka, tapi kalau mainin sana sini suka, cuma kesannya kalau disebut pemain laki laki tuh menjurus ke pacaran terus putus, ganti lagi dan seterusnya. Aku nggak gitu, mantan cuma 1, mantan yang mau jadi pacar a.k.a aku udah baper setengah mati tapi dia milih cewek lain 1. Yang lain temen doang." cerita gue, sesekali makan kentang goreng.

"Songong, playgirl." ledek dia

"Ihh.. aku tuh suka gitu dijemput sekolah dengan orang berbeda, dengan mobil atau motor berbeda. Rasanya kaya mau bilang gini 'see Chalondra tuh ini loh, ini loh liaatt', awalnya memang banyak yang gibahin aku sana sini. Awal sekolah kan aku belum ada temen kan, tapi kemampuan ke cowok itu aku masih 0. Pertama kakak kelas ku deketin, ya aku masih sedikit polos gitu yaa. Dianter ya seneng aja, tapi lama lama banyak yang modus modus, alasan anter formulir ekstra aku kan jadi risih. Terus akhirnya punya temen si Kina, Dira sama Sheva dan aku tertarik sama cowok pecinta olahraga. Dan ya pacaran terus putus, haih dia selingkuh." jelas gue menggebu

"Mana pilihannya nggak bisa dibanding sama aku lagi." gumam gue

"Emang kenapa?"

"Ya yang dipilih yang berjilbab, aku belum bisa, masih gini gini aja." jawab gue.

"Nunggu waktu." jawabnya simple, bener. Nunggu waktu sama berusaha, pernah gue dibanding banding in sama seseorang di masa lalu dia. Brylian bilang, aku nggak mau jadi alasan kamu buat pake hijab, tapi harus yang diatas yang jadi alasan kamu, jangan aku. Kata dia gitu..

"Terus gitu.. ya namanya masa pencarian." bela gue, dia cuma senyum sinis.

"Pencarian dikira bakat pake dicari, mana ada kaya gitu pencarian.." jawabnya

"Iih.. ya biarin tooh, aku lanjut yaaa.. terus disaat aku lagi puncak puncaknya ganti ganti teman deket. Ada kamu, yang nggak tau kenapa selalu ada disetiap aku dalam keadaan nggak baik baik aja. Ada kamu, yang selalu back up in aku dari belakang. Ada kamu, yang padahal kita belum ada hubungan apapun yang udah posesifnya kebangetan. Gemes banget tau kamu duluuuu." jelas gue sambil tarik tarik pelan pipi dia, sambil dimainin kekanan kekiri.

"Sakit." ucapnya sambil usap usap pipinya yang sedikit memerah.

"Hehe, papa kamu kesini kapan?" tanya gue memulai.

"Nggak kesini-"

"LOH, KENAPA?!" potong gue tiba tiba.

"Suka banget teriak teriak, lupa aku ngasih tau, nenek lagi sakit. Dan papa memilih nggak kesini buat jaga nenek." jelasnya pelan.

"Terus, kamu nggak papa kan?" tanya gue lirih, sambil usap punggung tangannya.

"Nggak papa, ada kamu sama keluarga mu mah udah bisa mengisi. Walaupun emang support sistem terbesar emang keluarga." ucapnya.

"Udah jangan mellow."

"Lah.. kamu juga, emm beb.." ucap gue ngegantung.

"Kamu kalau udah manggilnya nggak byy atau sayang udah mencurigakan loh byy." ucapnya dengan mata natap penuh keingintauan, tau aja.

My Athlete [Brylian Aldama] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang