|✨|12. Penuturan

148 41 22
                                    

Now playing : IKON - flower

"Jika daisy berarti kesetiaan, maka sampai kapan pun aku ingin menjadi seperti bunga itu. Tetap setia mendampingimu dalam suka dan dukaku."

Setelah keadaannya benar-benar pulih, Rion menepati janjinya untuk mengantar Dea membeli bunga aster seperti kepunyaan mamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keadaannya benar-benar pulih, Rion menepati janjinya untuk mengantar Dea membeli bunga aster seperti kepunyaan mamanya. Kali ini Rion tidak menggunakan motor besar miliknya, sebab motor itu masih di bengkel karena ada beberapa bagian yang rusak. Melainkan memakai motor matic berwarna merah milik mamanya.

"Rion berangkat dulu ya, Ma," pamit Rion seraya mencium punggung tangan mamanya.

Vayren tersenyum. Mengusak rambut Rion dengan satu tangannya yang bebas. "Hati-hati di jalan. Jangan ngebut. Fokus. Jangan melamun." Sebenarnya Vayren masih belum tega membiarkan Rion untuk kembali mengendarai sepeda motor. Namun saat melihat pemuda itu bersungguh-sungguh dan tidak mau mengecewakan Dea, akhirnya hati Vayren luluh juga.

"Iya, Mama. Udah berapa kali Mama ingetin. Rion pasti inget kok." Rion terkekeh. Setelah memakai helm, pemuda itu bergegas mengeluarkan motor dari garasi lalu melajukannya menuju rumah Dea.

Perjalanan dari rumahnya ke rumah Dea memang tidak terlalu memakan waktu. Hanya berkisar sepuluh sampai lima belas menit saja. Rion menghentikan motornya di depan gerbang rumah Dea. Pemuda itu mengambil ponselnya di saku celana, lalu memberi tahu Dea bahwa dirinya sudah di depan.

Dua menit kemudian, Dea membalas untuk meminta Rion menunggu dirinya sebentar. Rion menurut saja. Cewek memang begitu, ribet. Mau pergi sebentar saja semuanya harus selalu perfect.

"Yuk!" Dea membuka gerbang agar dirinya bisa keluar. Lalu setelah itu kembali menutupnya.

"Helm lo mana?" tanya Rion.

"Lo nggak bawa helm dua?" Dea balik bertanya.

Rion berdecak, untuk apa juga ia harus repot-repot membawa helm dua. "Nggak lah."

"Ish, yaudah deh gue ambil dulu bentar." Dea kembali membuka gerbang dan berjalan menuju rumahnya. Tuh kan, cewek emang ribet!

Setelah mendapat helm dari samping garasi, Dea kembali menemui Rion di depan gerbang rumahnya. Buru-buru ia memakai helm itu agar bisa segera berangkat menuju toko bunga. Membeli bunga aster yang beberapa hari lalu diinginkannya.

"Ayo jalan!" ujar Dea memerintah. Seperti nyonya muda pada supir pribadinya. Rion hanya mendengus lalu menjalankan motornya.

"Lo nggak takut gue bonceng?" tanya Rion saat motor itu sudah melaju membelah jalanan.

Dea mengernyitkan dahinya. "Kenapa gue harus takut?"

"Kan kemarin gue abis kena musibah. Kali aja lo nggak mau gue boncengin lagi," terka Rion.

"Gue nggak gitu, kali!" Dea mendengus. "Lagian siapa sih yang mau nolak tumpangan gratis? 'kan lumayan, nggak keluar duit," balas Dea seraya terkekeh di ujung kalimatnya.

Forever be a Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang