Now playing : Fiersa Besari - Garis Waktu
“Kadang hal kecil bisa menjadi pemicu bahagia jika dilakukan oleh orang yang istimewa.”
Pelajaran B.Indonesia selalu menjadi pelajaran yang membosankan bagi kelas XII IPA 2. Apalagi yang mengajar adalah Bu Elisa yang lebih sering membicarakan tentang anaknya yang kuliah di luar negeri ketimbang materi pelajaran. Jelas membuat seluruh penghuni kelas ini merasa jengah.
"De?" panggil Rara berbisik.
Dea yang sedang fokus mendengar cerita Bu Elisa melirik Rara sekilas. "Apa?" jawabnya ikut berbisik. Dia mengerutkan kening.
"Perasaan Bu Elisa udah nyeritain anaknya lebih dari tiga kali, deh. Kok diceritain lagi? Kan gue bosen!" protes Rara. Dia membenamkan kepalanya di atas meja. Khas seorang Rara ketika bosan akan sesuatu.
Dea terkekeh kecil lalu mengedikkan bahu. Mungkin saja Bu Elisa sangat bangga terhadap anaknya yang bisa berkuliah di luar negeri dengan meraih beasiswa, jadi ia terus menceritakannya berulang-ulang.
"Gue mau pindah duduk sama Sasya aja deh. Boleh 'kan, De?" pinta Rara. Dea yang paham sahabatnya lebih memilih untuk tidur mengangguk mengiyakan.
"Yey! Makasih Dea," ujar Rara girang, lalu segera beranjak pindah ke tempat Sasya di pojok kelas.
✨✨✨
"Mau pulang bareng?" ajak Rion sambil memasukkan buku-bukunya yang berserakan di atas meja.
"Gue ada ekskul dulu. Lo pulang duluan aja," jawab Dea yang masih sibuk memasukkan alat tulis ke dalam tasnya.
Peraturan di SMA Renjana, anak kelas XII tetap dibolehkan mengikuti ekskul ataupun organisasi—meski hanya satu semester saja. Tujuannya untuk memberi pemahaman lebih kepada adik kelas yang kelak akan menggantikan mereka. Dan Dea tergabung dalam ekskul paduan suara.
"Oh ... yaudah deh. Gue duluan ya," pamit Rion yang hanya dibalas anggukan oleh Dea.
Selepas Rion pergi, Dea bergegas keluar kelas menuju ruang ekskul-nya. Meski sebagian murid sudah pulang, tapi keadaan koridor masih terlihat ramai. Beberapa siswa sibuk bolak-balik entah melakukan apa.
Dea berjalan menuju arah selatan. Letak ruang ekskul-nya berada di pojok sekolah. Berbatasan langsung dengan kantin. Tapi sebelum masuk,, Dea menyempatkan mengisi perutnya yang sedari tadi keroncongan. Beruntung kedai siomay Pak Jajang masih buka.
"Pak, siomaynya satu, ya. Sambelnya dikit aja," pesan Dea pada Pak Jajang.
Pak Jajang yang kebetulan sedang tidak ada pesanan langsung mengangguk mengiyakan. Mempersilahkan Dea menunggu di tempat duduk yang disediakan.
Dea melirik arloji di tangannya. Masih ada 15 menit untuk ekskul-nya dimulai. Dea mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Tidak terlalu ramai, tapi cukup banyak siswa-siswi yang berada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever be a Friend [Completed]
أدب المراهقين#Challenge30gp Note : Kuharap kalian membaca hingga akhir, tidak penasaran di awal saja. :) Sebuah kejadian klise membuat Rion dan Dea menjadi sahabat dekat. Keduanya dipertemukan semesta untuk saling melengkapi satu sama lain. Tak hanya itu, masala...