|✨|18. Percakapan

124 38 30
                                    

Now playing : Devano Danendra - Menyimpan Rasa

"Entahlah, rasanya begitu senang hanya karena mendapat sebuah pesan dari orang baru dikenal."

Suara notifikasi ponsel yang berdering berkali-kali membangunkan Rion dari tidurnya. Pemuda itu mengambil ponsel di nakas dengan setengah kesadaran.

Saat netranya melihat satu pesan yang dikirimkan seseorang, matanya langsung terbuka lebar. Senyumnya mengembang sempurna. Disertai dengan desiran aneh yang melingkupi hatinya.

Deana Putri
Kak
Aku mau masuk OSIS buat
gantiin Kak Nayra.
Masih bisa 'kan, kak?

Tepat setelah membaca pesan dari Ana, Rion buru-buru mengetikkan balasan. Hingga tak sadar balasannya penuh typo.

Rionari Alfiansyah
Iy bakso

Selang beberapa menit, tak ada balasan dari Ana. Rion kembali meletakkan ponselnya di nakas. Dia bangkit berdiri  menuju kamar mandi, seraya mengucek matanya berkali-kali. Saking lelahnya, dia sampai ketiduran sebelum ganti pakaian. Seragamnya masih melekat bersimbah keringat.

Setelah mandi dan merasakan kesegaran, Rion berganti pakaian dengan kaos abu-abu dan celana jins pendek. Dia menyisir rambutnya yang basah dengan tangan. Sambil menatap cermin, dirinya bergumam, "Kok gue ganteng, ya?"

Suara notifikasi dari ponselnya kembali mengalihkan atensi Rion.

Deana Putri
Hah? Maksudnya kak?

Boom! Seketika Rion membulatkan matanya. Sungguh, dirinya sangat malu! Berkali-kali ia merutuki dirinya yang salah menulis balasan. Untung saja hanya pesan, bukan bertatap muka secara langsung. Rion tidak bisa membayangkan kalau itu terjadi beneran.

Rionari Alfiansyah
Eh, itu.
Maksudnya iya, bisa.
Tadi typo, baru bangun tidur.

Tak butuh waktu lama, balasan dari Ana kembali masuk ke ponsel Rion.

Deana Putri
Oh, gapapa kak.
Kirain Kak Rion mau makan bakso.
Makasih, ya udah diterima.

Rionari Alfiansyah
Enggak, enggak.
Harusnya gue yang bilang makasih.

Deana Putri
Eh, iya kak, sama-sama.

Rionari Alfiansyah
Lagi apa, An?

Tiba-tiba saja, jari Rion mengetik pesan yang bahkan dirinya sendiri kaget dibuatnya. Ingin ditarik kembali, namun centang dua biru membuatnya mengurungkan niatnya. Percuma saja, Ana sudah membaca pesannya.

Deana Putri
Duduk aja, Kak.
Kakak sendiri?

Tanpa sadar Rion menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Meski baru kenal beberapa jam, entah mengapa rasanya menyenangkan berbalas pesan dengan Ana. Seperti ada kabel yang langsung menyambungkan keduanya.

Forever be a Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang