|✨|14. Perkumpulan

135 40 13
                                    

Now playing : Shaw Mendes ft Camila Cabello - Senorita

"Ada banyak hal yang tidak kita ketahui apa maksudnya. Tapi tidak ada hal yang tidak sesuai dengan skenario yang dibuat semesta."

Kembali ke sekolah setelah berhari-hari hanya terbaring di ranjang rumah sakit dan seharian menonton tv di rumah adalah hal terbaik bagi Rion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali ke sekolah setelah berhari-hari hanya terbaring di ranjang rumah sakit dan seharian menonton tv di rumah adalah hal terbaik bagi Rion. Setelah menghabiskan weekend kemarin dengan mengantar Dea membeli bunga aster, hari ini Rion berangkat pagi-pagi sekali. Alasannya karena malas berurusan dengan anak-anak yang pasti akan menanyakan keadaannya sepanjang jalan.

Siapa sih yang tidak kenal Rion? Si ketua OSIS yang punya dua sisi yang berbeda : tegas dan lembut, tergantung situasinya. Hingga banyak yang menyukainya. Tak jarang ketika Rion berangkat sekolah atau berada di kantin, banyak siswi yang memperhatikannya secara diam-diam maupun terang-terangan. Tapi Rion cuek saja. Buktinya, yang benar-benar dekat dengannya hanya Dea.

Rion melangkahkan kakinya menuju kelas setelah memarkirkan motor milik mamanya di parkiran. Tangannya ia masukkan ke dalam saku hoodie abu-abu yang dikenakannya. Sesekali ia melirik sekitar. Koridor masih lenggang, hanya ada segelintir anak yang berlalu-lalang. Sudah bisa dipastikan mereka adalah anak yang selalu berangkat pagi sekali.

Langkahnya terhenti ketika Rion melihat tangga menuju rooptof. Ia melirik arloji hitam di tangannya, masih ada waktu. Dengan derap langkah yang panjang, kakinya menaiki satu persatu anak tangga yang membawanya ke tempat tujuan. Embusan angin pagi yang menyejukkan langsung menyambutnya ketika sampai di atas sana.

Netra Rion langsung menuju pada matahari pagi yang mulai bergerak tinggi. Dari atas rooptof, begitu jelas matahari yang menerbitkan sinarnya menyinari bumi. Sudut bibirnya ia angkat, menciptakan bulan sabit yang terbentuk sempurna.

Rion mendudukkan dirinya di sebuah bangku usang yang berjajar. Meski tidak terlalu bersih, rooptof ini jelas banyak dikunjungi siswa-siswi Smanjana. Apalagi oleh ekskul fotografi yang sering berburu sunset setelah pulang sekolah. Selebihnya, mereka yang sering di rooptof adalah mereka yang menginginkan kedamaian, seperti Rion saat ini.

Rion memejamkan matanya, angin yang menembus melalui hoodie yang dikenakannya membuat damai. Sesekali angin itu membelai lembut wajahnya. Seperti sedang mengangkat beban yang selama ini menghantuinya. Membuat Rion tenang dan betah berlama-lama berada di atas sini--meski seorang diri.

Suara derap langkah yang mendekat membuat Rion membuka kedua matanya. Netranya melirik pintu rooptof yang terbuka, memunculkan seorang lelaki tinggi dengan tas selempang yang bertengger manis di bahunya.

"Lah, gue cariin ke mana-mana ternyata lo di sini. Buru turun, upacara udah mau mulai."

Rion tersenyum tipis, karena terlalu asik di sini membuatnya lupa waktu. Dia melangkahkan kakinya menuju pemuda tadi, lantas merangkul bahunya disusul dengan langkah keduanya menuruni tangga.

Forever be a Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang