|✨|19. Pendekatan

130 34 27
                                    

Now playing : Shawn Mendes - Mutual

"Rasa itu membingungkan. Haruskah aku mengikuti kata hati, atau memilih logika dan membohongi perasaanku sendiri?"

"Kalo gue jadiin dia gebetan, gimana De?"

Satu kalimat itu selalu terngiang-ngiang dikepalanya. Membuat Dea tak fokus pada kisi-kisi ujian yang tengah dijelaskan Pak Deden--guru kimia di depan kelas.

Diam-diam, Dea membenamkan kepalanya di atas meja dengan bertumpu pada tangan sebagai bantal. Beruntung, tempat duduknya berada di barisan ketiga sehingga tidak terlalu jelas jika dilihat dari depan. Pikirannya kembali berkelana pada kejadian minggu lalu.

"Hah, gimana, Yon?"

"Kalo Deana jadi gebetan gue, cocok nggak, De?"

"Hah? Eh, ya cocok-cocok aja, sih. Selama lo nyaman, gue bakal dukung apa pun keputusan lo."

Bodoh! Jelas-jelas itu kalimat bullshit yang diucapkannya pada Rion. Tapi apa boleh buat? Melarang pun rasanya tidak mungkin. Siapa juga Dea, berhak melarang Rion untuk mendekati gadis lain selain dirinya?

Huft, Dea mengacak-ngacak rambutnya yang dibiarkan terurai, tidak dikuncir seperti biasanya. Pikiran-pikiran itu selalu melintas dibenaknya. Apa mungkin rasa yang Dea miliki bukan sebatas teman? Membingungkan!

"De," bisik Rara pelan. Gadis itu menyenggol lengan Dea dengan sikunya. Berniat memberitahu Dea bahwa sejak tadi Pak Deden menatap ke arah bangkunya dengan tatapan intens.

"De," Rara kembali berbisik saat Dea tak kunjung memberinya respon. Gadis itu sudah resah dibuatnya.

"Apa, sih?!" Karena merasa terganggu, Dea yang sedang melamun tak sadar bembalas dengan suara keras. Mengundang tatapan-tatapan aneh dari teman sekelasnya.

"Ada apa, Dea? Apa penjelasan saya kurang jelas?" Pak Deden berucap pelan, namun dengan intonasi yang mengintimidasi.

"Eh, emang bapak tadi jelasin apa?" tanya Dea polos. Sejak tadi dirinya hanya bergulat dengan pikirannya sendiri.

"Jadi dari tadi, kamu tidak mendengar penjelasan, saya?" Pak Deden menaikkan sebelah alisnya, lantas tersenyum miring. Sebelum akhirnya berseru dengan intonasi tegas dan keras. "DEA ... KELUAR!"

Mendengar itu, Dea memelotot kaget. Dia mengarahkan pandangannya pada Rara yang menatapnya dengan isyarat 'lo sih, udah dikasih kode malah ngelamun'.

"CEPAT KELUAR!" suara Pak Deden kembali menggema, membuat seluruh murid terkesiap.

Mampus, Dea!

✨✨✨

Terhitung sudah seminggu Deana masuk sebagai anggota OSIS menggantikan Nayra yang pindah sekolah. Karena kepintarannya, gadis itu mudah bersosialisasi dan tidak merasa kesulitan sedikit pun. Mungkin juga karena pengalamannya di sekolah lama dan juga bantuan dari Rion. Ya, entah mengapa pemuda itu selalu membantunya akhir-akhir ini. Padahal kelas dua belas tengah disibukkan oleh soal-soal pemantapan ujian.

Forever be a Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang